Beton Ramah Lingkungan dari Serbuk Limbah Kaca
Rep: Wahyu Suryana/ Red: Muhammad Fakhruddin
Beton Ramah Lingkungan dari Serbuk Limbah Kaca (ilustrasi). | Foto: Yogi Ardhi/Republika
REPUBLIKA.CO.ID,SLEMAN -- Pembuatan semen berdampak buruk terhadap lingkungan karena sebabkan produksi karbon yang tinggi dari proses pembakaran. Maka itu, diperlukan inovasi agar membuat pembangunan infrastruktur lebih ramah lingkungan memanfaatkan limbah.
Kondisi ini yang mendorong sekelompok mahasiswa Universitas Negeri Yogyakarta (UNY) menggagas pembuatan beton ramah lingkungan. Mereka memanfaatkan serbuk limbah kaca dan fly ash sebagai material tambahan beton dengan metode SCC.
Ada Suryatama Ageng Pamuji, Danial Hamdani, Eka Nur Wahyu Setyorini dan Wildan Setiawan. Surya mengatakan, penggunaan limbah sektor industri limbah kaca, serbuk kaca dan Fly Ash yang merupakan limbah PLTU, dapat memperkuat konstruksi beton.
"Limbah serbuk kaca merupakan bahan yang sulit terurai tanah, sehingga diperlukan inovasi dalam pengelolaannya agar tidak mencemari lingkungan," kata Suryatama.
Padahal, bahan ini mudah ditemukan dari sisa usaha industri fabrikasi maupun usaha industri kreatif. Sedangkan Fly Ash merupakan limbah PLTU berupa padatan halus dan tidak termasuk B3 karena alami pelepasan karbon akibat pembakaran bersuhu tinggi.
Namun, keberadaannya dapat mengganggu kesehatan masyarakat di sekitarnya. Danial menerangkan, mereka menambahkan bahan tambah kimia pereduksi air tingkat tinggi Superplasticizer dan Viscosity Modifying Agent (VMA) untuk menciptakan kekuatan.
“Superplasticizer adalah bahan tambah kimia yang berfungsi sebagai pereduksi air tingkat tinggi” ujar Danial.
Pemakaian bahan tambah ini membantu perolehan adukan dengan faktor air semen yang lebih rendah nilai kekentalan adukan yang sama. Atau, kekentalan lebih encer dengan faktor semen sama untuk membantu meningkatkan kuat tekan beton menjadi lebih tinggi. "Sedangkan, VMA sebagai pengubah sifat reologi dari pasta semen sehingga campuran beton segar jadi kohesif dan homogen, serta terhindar bleeding juga segregasi," kata Danial.
Eka menjelaskan, mereka membuat tiga buah beton untuk diuji kekuatannya di Lab Bahan Bangunan Fakultas Teknik UNY. Pengujian beton pertama dilakukan dengan mengkombinasikan antara superplasticizer 1,60 persen dan VMA 0,24 persen.
Berdasarkan pengamatan visual pasca mixing, adonan beton segar menunjukkan adanya bleeding yang cukup parah hingga menunjukkan ada segregasi. Pengujian beton kedua dilakukan dengan mengombinasikan superplasticizer 0,60 persen dan VMA 0,30 persen.
Komposisi superplasticizer yang dipakai merupakan dosis terendah yang disyaratkan kepada product data sheet Sika Viscocrete-1003 untuk meminimalisir bleeding yang timbul saat mencampur. Adukan beton segar tidak tunjukkan bleeding dan segregasi.
"Pengujian beton ketiga mengombinasikan superplasticizer 0,8 persen dan VMA 0,24 persen. Berdasarkan pengamatan visual adukan beton segar tidak menunjukkan adanya bleeding dan segregasi," ujar Eka.
Wildan menambahkan, hasil uji beton pertama bisa menahan beban 45,40 MegaPascal (Mpa), beton kedua 38,80 Mpa dan beton ketiga 48.25 Mpa dengan rencana kuat tekan 45 Mpa. Kuat tekan rata-rata sampel beton yang diuji pada umur 28 hari 44,18 MPa.
Nilai simpangan data tersebut masih mendekati nilai kuat tekan rencana, sehingga serbuk limbah kaca dan fly ash dapat dikombinasi untuk perencanaan beton ramah lingkungan. Beton standar mutu proyek rata-rata memiliki tahanan beban 25 Mpa.
"Beton ramah lingkungan menggunakan Fly Ash PLTU Tanjung Jati Jepara sebagai bahan substitusi semen dan serbuk limbah kaca industri pigura Sleman sebagai filler menjadi penawaran pemanfaatan limbah dalam rangka menjaga kelestarian lingkungan," kata Wildan.