Jumat 27 Aug 2021 13:25 WIB

Hormati Interpelasi Formula E, Wagub: Bagian dari Demokrasi

33 anggota DPRD DKI dari fraksi PDIP dan PSI mengajukan interpelasi terhadap Anies.

Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan.
Foto: Republika/Thoudy Badai
Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Wakil Gubernur DKI Jakarta Ahmad Riza Patria menghormati keputusan dari dua fraksi di DPRD DKI Jakarta yang mengajukan hak interpelasi atau memintai keterangan terhadap Gubernur Anies Baswedan. Hak interpelasi itu terkait rencana penyelenggaraan Formula E.

"Kami menghormati teman-teman DPRD. Dua fraksi yang mengusulkan interpelasi, kami hormati itu," kata Riza usai meninjau vaksinasi di SMK 6 Jakarta Selatan, Jumat (27/8).

Menurut dia, langkah tersebut merupakan bagian dari demokrasi yang diatur oleh undang-undang. Namun demikian, Riza tetap berharap agar interpelasi itu dibatalkan dan menggunakan jalur dialog sebagai media utama untuk menjawab pertanyaan dari anggota DPRD terkait Formula E tersebut.

Riza mengatakan, program yang telah dicanangkan sejak 2019 itu akan berdampak positif bagi Ibu Kota. "Kami berharap bisa melakukan dialog, musyawarah, dan diskusi untuk menjelaskan sesungguhnya program ini sangat baik dan menguntungkan bagi Jakarta sebagai kota besar di dunia ke depan," tutur Riza.

Sebelumnya, sebanyak 33 anggota DPRD DKI Jakarta dari fraksi PDIP dan Partai Solidaritas Indonesia (PSI) mengajukan hak interpelasi terhadap Gubernur Anies Baswedan. Ketua DPRD DKI, Prasetyo Edi Marsudi, mengatakan, akan menindaklanjuti keputusan dari dua fraksi tersebut lewat sidang paripurna anggota dewan.

Politisi PDIP itu menjadi salah satu dari 25 anggota DPRD DKI Jakarta dari Fraksi PDIP yang menandatangani hak interpelasi bersama delapan wakil rakyat dari Fraksi PSI. Ia meminta Gubernur DKI untuk meninjau ulang proyek tersebut setelah diaudit Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) soal Formula E dengan anggaran yang sudah dikucurkan hampir Rp 1 triliun.

"Ada aturan di tahun jamak ini, jabatan beliau sebelum lima tahun tidak boleh mempunyai perencanaan seperti ini karena bukan apa-apa, dampaknya adalah nanti kalau gubernurnya masih beliau itu alhamdulillah bisa diteruskan, tapi kalau tidak kan jadi beban gubernur berikutnya," kata Prasetyo.

sumber : Antara
BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement