Jumat 27 Aug 2021 14:14 WIB

PBB: Serangan di Kabul Menghambat Evakuasi

Serangan bom di Bandara Kabul menewaskan setidaknya 60 orang, dan 13 prajurit AS.

Rep: Rizky Jaramaya/ Red: Teguh Firmansyah
Warga Afghanistan berbaring di tempat tidur di sebuah rumah sakit setelah mereka terluka dalam serangan mematikan di luar bandara di Kabul, Afghanistan, Kamis, 26 Agustus 2021.
Foto: AP/Mohammad Asif Khan
Warga Afghanistan berbaring di tempat tidur di sebuah rumah sakit setelah mereka terluka dalam serangan mematikan di luar bandara di Kabul, Afghanistan, Kamis, 26 Agustus 2021.

REPUBLIKA.CO.ID, JENEWA -- Presiden Majelis Umum PBB Volkan Bozkir mengatakan, serangan bom di ibu kota Afghanistan, Kabul sangat mengkhawatirkan. Serangan itu dapat memperlambat upaya evakuasi.

“Perkembangan yang ini hanya akan memperumit dan melemahkan upaya evakuasi," kata Bozkir, dilansir Anadolu Agency, Jumat (27/8).

Baca Juga

Beberapa ledakan mengguncang Kabul pada Kamis (26/8), termasuk dua ledakan di luar bandara. Ledakan menewaskan lebih dari 60 orang, termasuk 13 tentara Amerika, dan melukai lebih dari 140 orang.

Bozkir mengatakan, selama 40 tahun Majelis Umum PBB telah membahas situasi di Afghanistan. Pembahasan tersebut fokus pada perdamaian, stabilitas, pemerintahan yang baik, hak asasi manusia dan pembangunan. Pembahasan ini menambahkan harapan bagi Afghanistan menuju perdamaian dan rekonsiliasi politik.

Bozkir mengatakan, kekerasan, ancaman terorisme, situasi keamanan yang tidak stabil dan meningkatnya korban sipil memiliki potensi kuat untuk menggagalkan perdamaian dan rekonsiliasi yang dipimpin Afghanistan. Menurutnya, rekonsiliasi tersebut merupakan satu-satunya jalan menuju perdamaian dan stabilitas yang langgeng di Afghanistan.

Baca juga : Turki Tarik Pasukan dari Afghanistan

"Kepemimpinan Afghanistan, dari setiap  kelompok etnis dan politik, tidak dapat menyia-nyiakan kesempatan ini untuk bersama-sama mengambil jalan kolektif menuju perdamaian, keamanan, dan kemakmuran bagi rakyatnya dan bagi kawasan ini," kata Bozkir.

Bozkir menekankan bahwa, perlindungan warga sipil dan kebebasan rakyat Afghanistan, khususnya perempuan dan anak-anak  harus menjadi prioritas. "Ini adalah sine qua non perdamaian berkelanjutan dan pembangunan inklusif," ujarnya.

Bozkir juga menekankan bahwa PBB harus memimpin dalam membantu rakyat Afghanistan pada saat kritis. Rakyat Afghanistan membutuhkan dukungan masyarakat internasional untuk mempertahankan pencapaian yang telah diperoleh dengan susah payah.

Puluhan ribu warga Afghanistan memadati bandara Kabul sejak Taliban berkuasa. Mereka takut dan trauma dengan pemerintahan Taliban yang menerapkan aturan secara ketat dan keras. Beberapa warga yang beruntung dapat mengamankan kursi dalam penerbangan yang sebagian besar diatur oleh pemerintah Barat. Sejauh ini mereka telah mengevakuasi sedikitnya 70.000 orang.

Taliban mengatakan semua evakuasi asing dari Afghanistan harus selesai pada 31 Agustus, dan tidak ada perpanjangan waktu. Taliban meminta agar warga tidak panik dan berjanji akan menjamin keamanan bagi warga Afghanistan. "Kami menjamin keamanan mereka," kata juru bicara Taliban Zabihullah Mujahid.

Baca juga : Laporan: Taliban Ancam dan Pukuli Staf PBB di Afghanistan

 

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement