Jumat 27 Aug 2021 14:45 WIB

Cerita Ni Nengah Widiasih yang Nyaris Gagal Raih Perak

Widi hampir saja hanya meraih perunggu jika tidak ada protes dari ofisial Indonesia.

Rep: Frederikus Bata/ Red: Endro Yuwanto
Atlet National Paralympic Committee (NPC) balap kursi roda Zaenal Arifin (kiri), angkat berat Ni Nengah Widiasih (tengah), dan menembak Bolo Triyanto (kanan) memegang bendera saat acara Pengukuhan dan Pelepasan Atlet NPC di Hotel Kusuma Sahid, Solo, Jawa Tengah, Sabtu (14/8/2021). NPC Indonesia memberangkatkan 23 atlet dari tujuh cabang olahraga pada pesta olahraga penyandang disabilitas dunia Paralimpiade Tokyo 2020.
Foto: Antara/HO-NPC Indonesia/yud
Atlet National Paralympic Committee (NPC) balap kursi roda Zaenal Arifin (kiri), angkat berat Ni Nengah Widiasih (tengah), dan menembak Bolo Triyanto (kanan) memegang bendera saat acara Pengukuhan dan Pelepasan Atlet NPC di Hotel Kusuma Sahid, Solo, Jawa Tengah, Sabtu (14/8/2021). NPC Indonesia memberangkatkan 23 atlet dari tujuh cabang olahraga pada pesta olahraga penyandang disabilitas dunia Paralimpiade Tokyo 2020.

REPUBLIKA.CO.ID, TOKYO -- Paraatlet angkat berat tanah air, Ni Nengah Widiasih, berhasil menyumbang medali perak untuk kontingen merah-putih di Paralimpiade Tokyo 2020. Rupanya dalam perlombaan di Tokyo International Forum, Kamis (26/8), ia hampir saja hanya meraih perunggu jika tidak ada protes dari ofisial Indonesia terhadap dewan wasit.

Cerita bermula saat ia sukses melakukan angkatan pertama seberat 96 kg. Lifter yang biasa disapa Widi itu kemudian melanjutkan ke angkatan kedua seberat 98 kg.

Beberapa saat setelah turun gelanggang, angkatan kedua Widi dinyatakan tidak mulus dengan mendapat bendera merah dari wasit. Ia pun didiskualifikasi oleh dewan wasit. Widi dan pelatihnya, Yanti, merasa tidak puas dengan keputusan tersebut.

"Setelah angkatan kedua saya didiskualifikasi, saya dan pelatih sempat ingin mempertanyakan keputusan itu. Namun kami mengurungkan niat itu. Kami baru akan melakukan protes jika pada angkatan ketiga saya juga dibatalkan," kata Widi dalam siaran pers NPC Indonesia, Jumat (27/8).

Setelah semua lifter melakukan angkatan kedua, posisi Widi berada di urutan ketiga. Ia berpeluang hanya meraih medali perunggu karena di tempat kedua ada lifter Venezuela, Monasterio Fuentes, yang mencatat angkatan 97 kg.

Gagal di angkatan kedua tidak menyurutkan semangat dan konsentrasi Widi. Pada angkatan ketiga, ia mengangkat barbel seberat 98 kg. Namun, beberapa detik setelah percobaan tersebut, wasit kembali mendiskualifikasi angkatannya.

"Setelah angkatan ketiga itu, wasit mengangkat bendera merah yang menandakan angkatan saya tidak mulus. Dengan cepat pelatih langsung menghampiri dewan wasit untuk mempertanyakan keputusan wasit itu dan meminta untuk direview atau diputar ulang tayangan angkatan saya untuk melihat apa kesalahan saya," ujar Widi.

Setelah melihat video review, lanjut Widi, akhirnya dewan wasit menyatakan bahwa angkatan itu mulus. "Tangan saya tidak miring sehingga dewan wasit mengesahkan angkatan saya," tutur Widi, menambahkan.

Jalan Widi untuk meraih medali perak terbuka lebar. Ini setelah pesaingnya, Fuentes, gagal melakukan angkatan ketiga seberat 99 kg.

Medali perunggu menjadi milik Fuentes. Medali emas pada nomor ini diraih oleh lifter Cina, Guo Lingling dengan angkatan terberat 108 kg. Medali perak yang diraih Widi sekaligus merupakan medali pertama bagi kontingen Indonesia di pentas Paralimpiade Tokyo 2020.

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement