Sabtu 28 Aug 2021 04:56 WIB

Peneliti Thailand Rancang Robot Kemas Vaksin Lebih Cepat

Proses memasukkan vaksin oleh robot dapat lebih cepat daripada dikerjakan manusia

Rep: Dwina Agustin/ Red: Christiyaningsih
Proses memasukkan vaksin oleh robot dapat lebih cepat daripada dikerjakan manusia. Ilustrasi.
Foto: AP/Matthias Schrader
Proses memasukkan vaksin oleh robot dapat lebih cepat daripada dikerjakan manusia. Ilustrasi.

REPUBLIKA.CO.ID, BANGKOK -- Ketika Thailand berjuang dengan wabah virus corona terburuknya, para peneliti di negara itu telah mengembangkan mesin untuk menyuntikan dosis vaksin Covid-19 secara lebih efisien. Upaya ini mengoptimalkan pasokan yang lebih rendah dari perkiraan.

"Mesin menjamin dengan akurasi bahwa kita dapat memperoleh tambahan 20 persen dari setiap botol vaksin dari 10 hingga 12 dosis," kata peneliti utama tim di Pusat Penelitian Teknik Biomedis Chulalongkorn University, Juthamas Ratanavaraporn.

Baca Juga

Menurut para peneliti di Chulalongkorn University, lengan robot sistem "AutoVacc" dapat mengisi 12 dosis vaksin AstraZeneca dalam empat menit dari botol. Mesin ini telah digunakan di pusat vaksinasi universitas tersebut sejak Senin (23/8).

Jumlah tersebut naik 20 persen dari 10 dosis standar yang diambil secara manual. Mesin hanya bekerja pada botol multi-dosis AstraZeneca saat ini dan label menunjukkan setiap botol dapat menyediakan 10 hingga 11 dosis.

"Artinya jika kita memiliki AstraZeneca untuk satu juta orang, mesin ini bisa menambah jumlah dosis menjadi 1,2 juta orang,” kata Juthamas.

Beberapa petugas kesehatan yang menggunakan low dead space syringes (LDSS) demi mengurangi pemborosan dapat mengambil hingga 12 dosis per botol, proses itu membutuhkan tenaga dan keterampilan tingkat tinggi. "Ini bisa menguras banyak tenaga tenaga kesehatan. Mereka harus melakukannya setiap hari selama berbulan-bulan," kata Juthamas.

Juthamas mengatakan mesin itu bertujuan untuk menghilangkan beban tenaga kesehatan. "Kalau tenaga kesehatan terlalu lelah, kemungkinan human error juga ada, jadi sebaiknya mesin saja yang mengerjakan ini," ujar Juthamas.

Tim peneliti mengatakan mereka harus dapat memproduksi 20 unit AutoVacc lebih banyak dalam tiga atau empat bulan. Hanya saja, dana dan dukungan pemerintah akan dibutuhkan untuk memperluas di seluruh negeri.

Mesin prototipe menghabiskan 2,5 juta baht, termasuk bahan lain seperti jarum suntik. Juthamas mengatakan mereka terbuka untuk peluang ekspor yang kemungkinan dilakukan di masa depan dengan berencana membuat mesin serupa untuk digunakan dengan vaksin Pfizer-BioNTech dan Moderna.

Thailand telah mengendalikan sebagian besar Covid-19 untuk sebagian besar pandemi. Namun, varian yang lebih ganas seperti Delta telah mengirim kasus dan kematian melonjak sejak April. Kondisi ini meningkatkan tekanan pada pihak berwenang untuk meningkatkan kecepatan vaksinasi.

Sejauh ini, sekitar sembilan persen dari populasi Thailand yang lebih 66 juta telah divaksinasi lengkap. Peluncuran terhambat oleh pasokan vaksin yang lebih rendah dari yang diantisipasi.

sumber : Reuters
Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement