Jumat 27 Aug 2021 15:16 WIB

Nasihat Ulama Sufi tentang Etika Berteman

ertemanlah dengan orang yang lebih mementingkan Allah.

Rep: Muhyiddin/ Red: Ani Nursalikah
Nasihat Ulama Sufi tentang Etika Berteman
Foto: MGROL100
Nasihat Ulama Sufi tentang Etika Berteman

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Syekh Abu Hasan Asy-Syadzili adalah pendiri Tarekat Syadziliyah yang merupakan salah satu tarekat sufi terkemuka di dunia. Dalam kitabnya berjudul Risalah al-Amin, dia pun memberikan nasihat tentang cara berteman dengan seseorang.

Asy-Syadzili mengingatkan untuk tidak berteman dengan orang yang lebih mementingkan dirinya dibandingkan dirimu. Kerena, sesungguhnya dia adalah orang patut dihina.

Baca Juga

“Jangan pula berteman dengan orang yang lebih mementingkanmu dibandingkan dirinya karena dia tidak akan hidup selamanya. Bertemanlah dengan orang yang lebih mementingkan Allah, jika dia sedang mengingat, yang diingat adalah Dia semata,” kata Asy-Syadzili dikutip dari buku Risalah al-Amin: Wejangan yang Mengantarkan Kita Sampai Kepada-Nya terbitan Turos Pustaka.

Asy-Syadzili melanjutkan, Allah akan menjadi penggantinya jika dia meninggal dunia dan mencukupkanmu dengan temanmu itu jika dia ada. Zikirnya adalah cahaya bagi hati, dan penyaksiannya (musyahadah) adalah kunci bagi hal-hal gaib.

“Jadikanlah tujuanmu semata karena Allah dan mencintai kematian. Jangan perpanjang angan-anganmu dan jangan berteman dengan orang yang sering berangan-angan,” jelas Asy-Syadzili.

“Jika engkau berteman dengannya, janganlah bergantung kepadanya. Tolaklah ia, bergaullah bersamanya dengan baik (ma’ruf) selama dia berteman denganmu,” imbuhnya.

Asy-Syadzili menambahkan, seseorang tidak akan pernah merasakan nikmatnya bersama Allah. Hal tersebut terjadi apabila ia merasa susah jika orang yang memberikan manfaat untuknya menjauh. Dia pun merasa susah apabila orang yang memberinya mudarat mendekat.

“Berteman dengan Allah dapat dilakukan dengan cara menolak syahwat dan keinginan-keinginan. Seorang hamba tidak akan sampai kepada Allah jika dia masih menyimpan syahwat dan keinginan dalam dirinya,” jelas Asy-Asyadzili.

 

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement