REPUBLIKA.CO.ID, KABUL -- Seorang juru bicara Taliban Mujahid menegaskan tidak ada bukti Alqaidah pimpinan Usamah bin Laden melakukan serangan teror pada 11 September 2001 dari Afghanistan. Zabihullah Mujahid mengungkapkan klaim itu selama wawancara dengan NBC Nightly News di Kabul, Afghanistan, Rabu (25/8), kurang dari dua pekan setelah Taliban merebut ibu kota Kabul.
Bagaimanapun, Taliban berjanji tidak mengizinkan Alqaidah atau kelompok teroris lainnya menggunakan Afghanistan untuk menyerang AS dan sekutunya. Mujahid menegaskan tidak ada pembenaran untuk invasi AS di Afghanistan pada 2001 karena alasan keterlibatan Usamah dalam serangan 11/9, yang disebutnya tidak pernah terbukti.
"Tidak ada pembenaran untuk perang ini. Ketika Usamah bin Laden menjadi masalah bagi Amerika, dia berada di Afghanistan. Meskipun tidak ada bukti dia terlibat, sekarang kami telah memberikan janji bahwa tanah Afghanistan tidak akan digunakan untuk melawan siapa pun," kata Mujahid kepada NBC News, dilansir di Anadolu Agency, Jumat (27/8).
Sementara itu, Mujahid mengatakan Taliban akan memberikan semua hak yang dijanjikan Islam kepada kaum perempuan. Menurutnya, mereka bisa menjadi dokter, guru, orang yang terdidik dan bisa bekerja untuk memberi manfaat bagi masyarakat.
"Mereka adalah saudara perempuan, kita harus menunjukkan rasa hormat kepada mereka. Mereka tidak perlu takut. Taliban adalah manusia dan dari negara ini. Mereka berjuang untuk negara kita. Wanita harus bangga pada kita, bukan takut," ujarnya.
Mujahid mengatakan gagasan Taliban telah mengambil paksa perempuan untuk dinikahi adalah propaganda dari rezim lama. Ia juga menegaskan Taliban tidak ingin warga negara Afghanistan pergi ke Amerika.
Ketika ditanya apakah Taliban tak masalah dengan kepergian warga Afghanistan, Mujahid mengatakan hal itu adalah pilihan mereka. "Apa pun yang mereka lakukan di masa lalu, kami telah memberi mereka amnesti. Mereka harus tetap tinggal. Kami membutuhkan profesional muda dan terdidik untuk bangsa kita," katanya.
MUjahid menekankan Taliban menginginkan hubungan diplomatik yang sah dan normal dengan AS. Pengambilalihan yang cepat oleh Taliban atas ibu kota Kabul pada 15 Agustus 2021 telah memicu ketakutan dari warga setempat. Banyak warga, terutama yang pernah bekerja dengan pasukan dan organisasi AS, berupaya meninggalkan negara itu dan berbondong-bondong menyerbut bandara di Kabul untuk pergi ke luar negeri.