REPUBLIKA.CO.ID, ANKARA -- Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan mengatakan belum membuat keputusan akhir tentang apakah akan memenuhi permintaan Taliban untuk mengoperasikan bandara Kabul, Afghanistan setelah pasukan asing hengkang. Sebab masih ada masalah keamanan dan ketidakpastian di sana.
“Taliban mengajukan permintaan mengenai pengoperasian bandara Kabul. Mereka berkata, 'Kami akan memastikan keamanan dan Anda dapat mengoperasikannya'. Tapi kami belum membuat keputusan karena selalu ada kemungkinan kematian dan hal-hal semacam itu di sana,” kata Erdogan pada konferensi pers sebelum berangkat berkunjung ke Bosnia, Jumat (27/8).
Sebelumnya, Turki telah mengutuk serangan bom yang menargetkan kerumunan warga di bandara Kabul. “Kami sangat mengutuk serangan yang keji ini,” kata Menteri Luar Negeri Turki Mevlut Cavusoglu lewat akun Twitter pribadinya pada Kamis (26/8).
Dia menyampaikan belasungkawa kepada para korban tewas. Sementara bagi korban luka, Cavusoglu berharap mereka dapat segera pulih.
Pada Kamis lalu, dua ledakan bom mengguncang bandara Kabul yang tengah dipadati warga Afghanistan. Mereka berada di sana karena berharap dapat disertakan misi evakuasi yang dijalankan negara-negara asing, termasuk Amerika Serikat (AS).
Para warga yang hendak kabur enggan menjalani kehidupan di bawah pemerintahan Taliban. Sejak 15 Agustus lalu, Taliban memang telah mengambil alih kendali atas negara tersebut. Sejauh ini, korban tewas akibat insiden di bandara Kabul mencapai 72 jiwa. Sebanyak 13 di antaranya merupakan anggota militer AS.