Ahad 29 Aug 2021 06:40 WIB

Studi Ungkap Vaksin yang Paling Kurang Manjur Cegah Opname

Studi di Bahrain membandingkan kemanjuran vaksin Covid-19 dalam cegah opname.

Rep: Haura Hafizhah/ Red: Reiny Dwinanda
Vaksin Covid-19. Peneliti di Bahrain mengungkap kemanjuran empat jenis vaksin yang digunakan negaranya. Hasil studinya masih menunggu tinjauan sejawat.
Foto: EPA-EFE/GEORGI LICOVSKI
Vaksin Covid-19. Peneliti di Bahrain mengungkap kemanjuran empat jenis vaksin yang digunakan negaranya. Hasil studinya masih menunggu tinjauan sejawat.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Peneliti Bahrain membandingkan kemanjuran empat vaksin yang digunakan di negara kerajaan tersebut. Bekerja sama dengan Columbia University di New York, Amerika Serikat, peneliti menemukan bahwa vaksin yang dikembangkan Oxford-AstraZeneca merupakan yang terbaik dan efektif untuk menghindari orang dari risiko diopname akibat Covid-19.

Menurut peneliti, hanya 1,52 persen dari mereka yang diberi vaksin AstraZeneca yang sampai dirawat. Sementara itu, hanya satu dari 3.000 yang meninggal.

Baca Juga

Sementara itu, pada penerima vaksin Covid-19 produksi Pfizer, angka yang sampai diopname 1,99 persen. Studi tersebut dimuat secara daring dan belum ditinjau sejawat.

Menurut peneliti, kinerja vaksin Covid-19 Sputnik V dari Rusia kurang mengesankan dalam pencegahan rawat inap di Bahrain. Sebanyak 2,24 persen penerimanya berakhir di bangsal perawatan atau unit perawatan intensif (ICU).

Bagaimana dengan vaksin Covid-19 yang dikembangkan Sinopharm China? Menurut studi, kemanjuran vaksin Sinopharm paling rendah, terutama untuk orang berusia 50 tahun ke atas.

Sebanyak 6,94 persen penerima vaksin Covid-19 Sinopharm dirawat inap. Sementara itu, 13,22 persen orang tidak divaksinasi membutuhkan perawatan di rumah sakit.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement