Ahad 29 Aug 2021 08:32 WIB

Taliban Siapkan Kabinet Baru

Namun masih belum diketahui kapan pembentukan kabinet akan dilakukan.

Rep: Rizky Jaramaya/ Red: Andi Nur Aminah
Juru bicara Taliban Zabihullah Mujahid
Foto: AP/Rahmat Gul
Juru bicara Taliban Zabihullah Mujahid

REPUBLIKA.CO.ID, KABUL -- Taliban pada Sabtu (28/8) mengatakan, mereka sedang mempersiapkan kabinet baru. Pembentukan kabinet baru dilakukan ketika evakuasi Amerika Serikat (AS) dan sekutunya mendekati batas akhir yaitu 31 Agustus.

Juru bicara Taliban Zabihullah Mujahid mengatakan kepada Reuters bahwa mereka sedang mempersiapkan kabinet baru. Namun masih belum diketahui kapan pembentukan kabinet akan dilakukan.

Baca Juga

Mujahid melaporkan, Taliban akan mengumumkan kabinet baru pada pekan depan. Tetapi dalam pesan suara Mujahid mengatakan, susunan kabinet baru akan diumumkan dalam satu atau dua minggu mendatang.

Ketika ditanya apakah ada perempuan yang akan dimasukkan dalam kabinet baru, Mujahid mengatakan, hal ini akan diputuskan oleh para pemimpin Taliban. Mujahid tidak mengetahui dan tidak mau membuat asumsi terkait hal tersebut.

Mujahid meminta AS dan negara-negara Barat lainnya, untuk tetap mempertahankan hubungan diplomatik setelah penarikan mereka dari Afghanistan. Sejak Taliban berkuasa, Afghanistan mengalami kesulitan ekonomi yang cukup parah. Nilai mata uang Afghanistan anjlok dan harga pangan melonjak naik. Pada Sabtu, Taliban telah memerintahkan lembaga keuangan kembali buka dengan batas penarikan uang senilai 200 dolar AS atau 20 ribu Afghanistan.

Baca juga : Taliban Izinkan Tenaga Medis Perempuan Afghanistan Kembali

Mujahid mengatakan, Taliban telah menunjuk sejumlah pejabat untuk menjalankan lembaga-lembaga utama termasuk Kementerian Kesehatan, Kementerian Pendidikan Masyarakat, dan bank sentral. Taliban memperkirakan bahwa, gejolak ekonomi akan mereda setelah terbentuknya kabinet baru.

"Kejatuhan Afganistan terhadap mata uang asing bersifat sementara dan karena situasi yang tiba-tiba berubah, semua akan kembali normal ketika sistem pemerintahan mulai berfungsi," kata Mujahid.

Sejumlah bank di Afghanistan kembali buka setelah tutup selama lebih dari satu pekan. Warga Afghanistan tampak mengantri dan berkerumun di bank untuk menarik uang tunai. 

Sebagian besar lembaga keuangan di Kabul tutup pada 15 Agustus sore, tepat sebelum mantan Presiden Ashraf Ghani melarikan diri dan Taliban tiba di ibu kota. Awalnya, penutupan itu sebagai tanggapan atas kekhawatiran bahwa kedatangan Taliban di Kabul akan menyebabkan pertumpahan darah dan penjarahan.  

Namun, seiring berlalunya waktu perbankan tetap tutup karena keputusan Washington untuk memotong akses emas senilai 7 miliar dolar AS dan cadangan tunai Bank Sentral Afghanistan di Federal Reserve.  Dana Moneter Internasional juga memotong akses pinjaman yang telah dijanjikan senilai lebih dari 370 juta dolar AS.

Transaksi keuangan di kalangan warga Afghanistan masih berbasis uang tunai. Oleh karena itu, sebagian besar warga khawatir kehabisan persediaan uang tunai ketika lembaga keuangan tutup selama berhari-hari.

 

sumber : Reuters
BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement