REPUBLIKA.CO.ID, BANDA ACEH -- Tingginya kenaikan kasus Covid-19 di Provinsi Aceh pada tujuh hari terakhir perlu mendapatkan perhatian serius dari semua pihak. Sinergi berbagai elemen sangat dibutuhkan untuk pengendalian pandemi di wilayah ini.
Hal tersebut disampaikan oleh Direktur Jenderal Administrasi Kewilayahan Kementerian Dalam Negeri Safrizal ZA saat melakukan rapat koordinasi yang melibatkan Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) dan Forum Koordinasi Pimpinan Daerah (Forkopimda) Aceh, kabupaten dan kota di wilayah Aceh. Menurutnya, pemerintah daerah tidak dapat bekerja sendiri dalam pengendalian Covid-19. Sinergi berbagai elemen menjadi kekuatan dalam mengakhiri pandemi.
Langkah tersebut perlu melibatkan kepala daerah, forkopimda, Tim Penggerak Pemberdayaan dan Kesejahteraan Keluarga (TP PKK), tokoh agama, tokoh adat, tokoh pemuda, organisasi masyarakat, para camat, lurah maupun pemimpin di tingkat RW dan RT.
Safrizal mencontohkan dengan pelibatan organisasi masyarakat atau LSM, kampus maupun pesantren dalam pembagian masker. Ia mempraktekkan hal tersebut di Jawa Timur sehingga tumbuh kekompakan.
"Saya lihat dari semua daerah yang berhasil mengendalikan Covid-19 dengan empat indikator tadi karena sinergi dan konsistensi," ujar Safrizal pada rapat koordinasi penanganan Covid-19 di Kantor Gubernur Aceh, Banda Aceh, seperti dalam keterangan tertulis yang diterima Republika, Ahad (29/8).
Hal senada juga disampaikan oleh Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Letnan Jenderal TNI Ganip Warsito dalam penanganan pandemi Covid-19. Jenderal bintang tiga yang sekaligus menjabat Ketua Satuan Tugas (Satgas) Penanganan Covid-19 ini selalu mendorong adanya keterlibatan pentaheliks berbasis komunitas, yang terdiri dari pemerintah, akademisi, masyarakat, dunia usaha dan media massa. Ia mengatakan, dunia usaha dapat berperan dalam mendukung dan menggalang sumber daya untuk percepatan penanganan Covid-19.
"Masyarakat, baik dalam lingkup individu atau keluarga sangat berperan dalam penguatan perubahan perilaku," ujarnya.
Dari sisi media massa, heliks ini dapat berperan dalam mengedukasi, melakukan sosialisasi, menyebarkan informasi dan menangkal berita palsu atau hoaks yang beredar terkait Covid-19. Sedangkan dari akademisi, dia melanjutkan, mereka dengan latar belakang keilmuan mampu berkontribusi dalam memberikan rekomendasi alternatif solusi sehingga penanganan dapat berjalan lebih efektif.
Ia menambahkan, kolaborasi dan sinergi berbagai heliks ini merupakan salah satu strategi yang sudah dilakukan Satgas dalam pengendalian pandemi Covid-19. Strategi lain yang saat ini terus diterapkan Satgas Penanganan Covid-19 Nasional antara lain pembatasan mobilitas, interkoneksi pusat-daerah, perubahan perilaku dan penguatan prokes.
Positivity rate Aceh dalam tujuh hari terakhir menunjukkan kenaikan angka 41,9 atau tertinggi nomor satu se-Indonesia. Sedangkan dilihat dari angka kematian, kondisi di Aceh per 10 ribu penduduk per minggu menunjukkan angka 2,5 atau nomor 15 se-Indonesia.
Hal tersebut menjadi perhatian Presiden Joko Widodo yang ditindaklanjuti dengan dukungan Satgas Nasional dengan bantuan masker dan mesin polymerase chain reaction (PCR). Bantuan masker ini diharapkan dapat membantu dalam edukasi dan sosialisasi di tengah masyarakat, khususnya perubahan perilaku dalam prokes. Sedangkan mesin PCR diharapkan dapat menambah kapasitas testing sehingga upaya pelacakan lebih lanjut dapat segera dilakukan.
Saat berkunjung ke Aceh, Kepala BNPB memberikan bantuan 1,5 juta masker dan dua mesin PCR. Dua mesin PCR ini akan diperbantukan untuk testing di Kabupaten Aceh Besar dan tim medis yang dikelola oleh Kodam Iskandar Muda. Selain pemberian bantuan, Kepala BNPB dan Dirjen Administrasi Kewilayahan Kemendagri memberikan arahan kepada Forkopimda provinsi, kabupaten dan kota di wilayah Aceh.