Ahad 29 Aug 2021 15:02 WIB

Biden Ingatkan Kemungkinan Serangan Susulan di Bandara Kabul

Departemen luar negeri AS mendesak semua warga AS meninggalkan daerah dekat bandara.

Rep: Idealisa Masyrafina/ Red: Mas Alamil Huda
Asap dari ledakan terlihat di Bandara Kabul.
Foto: AP/Wali Sabawoon
Asap dari ledakan terlihat di Bandara Kabul.

REPUBLIKA.CO.ID, KABUL -- Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden memperingatkan kemungkinan terjadinya serangan susulan di Bandara Kabul. Biden mengatakan, para komandan telah memberi tahunya bahwa itu bisa terjadi pada hari Ahad (29/8).

Departemen luar negeri AS telah mendesak semua warga AS untuk meninggalkan daerah dekat bandara karena adanya ancaman spesifik dan kredibel, dilansir di BBC, Ahad (29/8). AS terus melanjutkan evakuasi. Tetapi pasukan, diplomat, dan pejabat Inggris kini telah meninggalkan Kabul. 

Sebelumnya telah terjadi bom bunuh diri di dekat bandara pada Kamis (26/8) yang mengakibatkan sekitar 170 orang meninggal. Sebuah cabang lokal dari kelompok ISIS, Negara Islam di Provinsi Khorasan (IS-K), mengeklaim bertanggung jawab atas serangan itu.

Sebagai pembalasan, AS melakukan serangan pesawat tak berawak di Afghanistan timur pada Jumat (27/8) malam, dengan mengeklaim telah membunuh dua anggota IS-K berprofil tinggi. Keduanya digambarkan sebagai perencana dan fasilitator. Tidak jelas apakah mereka terlibat langsung dalam perencanaan serangan di Bandara Kabul.

"Serangan ini bukan yang terakhir. Kami akan terus memburu siapa pun yang terlibat dalam serangan keji itu dan membuat mereka membayar," kata Biden dalam sebuah pernyataan yang dirilis pada Sabtu (28/8).

IS-K adalah yang paling ekstrem dari semua kelompok militan jihad di Afghanistan dan memiliki perbedaan besar dengan Taliban, yang sekarang menguasai sebagian besar negara. Kelompok ini menuduh mereka meninggalkan medan perang demi penyelesaian damai yang dinegosiasikan dengan Amerika.

Taliban mengutuk serangan udara itu, dengan mengatakan Amerika seharusnya berkonsultasi dengan mereka terlebih dahulu, kata seorang juru bicara. Beberapa hari ke depan operasi evakuasi AS kemungkinan akan menjadi yang paling berbahaya sejak dimulai, kata pejabat Gedung Putih.

Pasukan AS telah memulai penarikan mereka dari bandara. Jumlah mereka sekarang turun menjadi 4.000, dari puncak 5.800 dalam sepekan terakhir. Seorang pejabat keamanan Barat mengatakan bahwa pasukan AS berada di tahap akhir, meskipun waktu untuk mengakhiri operasi belum diputuskan. Lebih dari 1.000 warga sipil masih harus diterbangkan, kata pejabat itu.

Seorang pejabat Taliban mengatakan bahwa para ahli teknis dan insinyur mereka siap untuk mengambil alih bandara ketika mereka diberi persetujuan terakhir dari Amerika. Taliban telah mendirikan pos pemeriksaan lebih lanjut di sekitar bandara dan tidak mengizinkan sebagian besar warga Afghanistan lewat.

Secara keseluruhan, lebih dari 110 ribu orang, baik warga Afghanistan dan warga negara asing, telah dievakuasi dari Bandara Kabul sejak pengangkutan udara dimulai dua pekan lalu.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement