Petani Kecil Perlu Membangun Corporate Farming

Rep: Eko Widiyatno/ Red: Yusuf Assidiq

Menteri Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah (UKM) Teten Masduki.
Menteri Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah (UKM) Teten Masduki. | Foto: Antara/Galih Pradipta

REPUBLIKA.CO.ID, PURBALINGGA -- Menteri Koperasi dan Usaha Kecil Menengah (Menkop UKM) Teten Masduki menyebutkan petani perlu membangun corporate farming. Hal itu disampaikan Teten saat meninjau Koperasi Max Yasa di Desa Kutabawa Kecamatan Karangreja, Purbalingga.

''Keberadaan koperasi ini bisa dijadikan contoh bagi para petani kecil lain untuk membangun corporate farming,'' jelasnya.

Menurutnya, bisnis model yang dibangun petani melalui koperasi ini, adalah dengan menggarap kebutuhan petani mulai dari hulu hingga hilir. Melalui koperasi, petani tidak hanya mendapat jaminan pasar atas produk hasil pertaniannya, namun juga mendapat pendampingan dalam budi daya pertaniannya.

Dengan demikian, kata Teten, para petani tidak lagi memikirkan ke mana harus menjual. ''Dengan bisnis model ini, koperasi akan mengerahkan petaninya menanam apa yang disesuaikan dengan permintaan pasar,'' katanya.

Koperasi Max Yasa Purbalingga saat ini telah bekerja sama dengan 500 petani kecil di Kecamatan Karangreja untuk mencukupi permintaan ekspor 750 kilogram buncis kenya per hari secara konsisten ke Singapura. Kerja sama ini memberi jaminan produk pertanian buncis kenya akan terserap pasar dengan harga yang layak.

Meski demikian Teten menyebutkan, untuk membangun corporate farming semacam ini dibutuhkan local hero untuk mewujudkannya. ''Kalau bisa terwujud,. maka Kemenkop UKM akan memperkuat pembiayaan pada koperasinya,'' jelasnya.

Teten mengakui, petani saat ini tidak cukup hanya diberikan subsidi pupuk dan subsidi bibit. ''Itu tidak cukup. Ini perlu kita bangunkan bisnis model. Saya bersama LPDB berkomitmen untuk membantu. Kami akan kerjasama dengan para local hero yang ada untuk kita perbesar. Ini perlu dilakukan agar petani itu ceritanya tidak terus menerus tentang kisah nestapa duka,'' katanya.

Selain itu, Kemenkop UKM juga tengah melakukan piloting bisnis model serupa untuk sektor pertanian yang lain. Misalnya koperasi petani pisang ekspor di Lampung dengan GGP sebagai offtaker, dan produk kopi di Gayo dengan offtaker Starbucks.

Bupati Purbalingga Dyah Hayuning Pratiwi yang mendampingi Menkop UKM, menyatakan Pemkab Purbalingga juga sudah memiliki BUMD Perumda Puspahastama yang memungkinkan bisa menjadi perusahaan offtaker produk hasil pertanian di Purbalingga.

''Untuk itu kami memohon bimbingan, dukungan, arahan dari Bapak Menteri, agar teman-teman pelaku koperasi dan UMKM di Purbalingga bisa semakin berkembang,'' jelas dia.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini

Terkait


Menteri BUMN Luncurkan Program Makmur untuk Petani

Kemenkop UKM Apresiasi Inisiatif DIY Bantu UMKM

Kemenkop Gandeng Baznas Beri Modal Usaha ke 10 Ribu Mustahik

Menkop: Butuh Upaya Konkret Bantu UMKM

Masyarakat Air Balui Antusias Panen Raya Padi

Republika Digital Ecosystem

Kontak Info

Republika Perwakilan DIY, Jawa Tengah & Jawa Timur. Jalan Perahu nomor 4 Kotabaru, Yogyakarta

Phone: +6274566028 (redaksi), +6274544972 (iklan & sirkulasi) , +6274541582 (fax),+628133426333 (layanan pelanggan)

[email protected]

Ikuti

× Image
Light Dark