REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pernahkah Anda mencari tahu tentang gejala penyakit yang dialami di mesin pencarian Google? Setelah Googling, Anda merasa yakin sedang menderita suatu penyakit. Padahal, kamu belum pernah memeriksakan penyakitmu ke dokter sama sekali.
Kalau Anda pernah melakukannya, itu berarti Anda telah melakukan self-diagnose. Self-diagnose merupakan istilah yang digunakan ketika seseorang mendiagnosis penyakit yang sedang dialami berdasarkan pencarian informasi secara mandiri. Ternyata, self-diagnose juga banyak dilakukan untuk memeriksa kesehatan mental.
Psikolog dan tim konselor dari aplikasi konseling Riliv, Prita Yulia Maharani, M.Psi., mengatakan, banyak orang yang mencari tahu gejala kesehatan mental di internet, lalu percaya mentah-mentah bahwa mereka sedang mengalaminya. "Padahal, apa yang ada di internet belum tentu sesuai dengan mereka," ujarnya dalam keterangan tertulis yang diterima Republika.co.id, Sabtu (28/8).
Prita mengatakan, sebenarnya kegiatan mencari tahu gejala kesehatan mental di internet tidak selalu salah. "Sebenarnya tidak apa-apa mencari tahu gejala gangguan mental di Google. Tapi, jangan lupa cross-check. Caranya ya dengan mendatangi psikolog atau psikiater profesional untuk tahu lebih lanjut masalah kesehatan mental yang sedang dialami. Dari situ bisa ditentukan langkah yang bisa diambil selanjutnya," jelasnya.
Self-diagnose terkait kesehatan mental memiliki beberapa bahaya yang mungkin tidak disadari. Simak penjelasan untuk mengetahui alasan mengapa kamu sebaiknya tidak melakukan self-diagnose:
1. Membuat panik
Tahukah Anda bahwa manusia memiliki naluri untuk cenderung memikirkan kemungkinan terburuk yang bisa menimpanya? Itulah mengapa lebih mudah bagimu untuk mengasumsikan hal-hal buruk ketika melakukan self-diagnose.
Pada akhirnya, self-diagnose hanya akan membuat Anda mengalami kepanikan yang tidak seharusnya terjadi. Kalau saja Anda lebih memilih berkonsultasi ke psikolog, Anda tidak akan merasa panik. Sebab psikolog profesional bisa menjelaskan kondisi Anda dengan baik tanpa menimbulkan kepanikan dan kecemasan.
2. Membuat penyakit atau gangguan sebenarnya terabaikan
Gejala penyakit atau gangguan kesehatan mental yang belum tentu benar. Bisa saja Anda yakin sedang mengalami anxiety disorder, tetapi sebenarnya mengalami depresi mayor. Bisa jadi pula kebalikannya atau bahkan bukan keduanya.
Saat melakukan self-diagnose, Anda jadi tidak tahu sebenarnya penyakit atau gangguan kesehatan mental apa yang sedang dialami. Anda hanya menduga-duga hal yang belum tentu kebenarannya. Hal ini merupakan masalah karena dengan begitu Anda jadi tidak bisa mendapatkan penanganan yang tepat.
2. Memperparah kondisi kesehatan mental
Salah satu risiko dari melakukan self-diagnose adalah kamu justru dapat memperparah kondisi kesehatan mental. Ini bisa terjadi karena Anda terlalu panik dan stres, tidak mengobati masalah kesehatan mental yang sedang dialami, atau bahkan mendapatkan pengobatan yang salah.
Setiap masalah kesehatan mental memiliki penanganan tersendiri. Ada yang bisa diatasi dengan terapi, ada pula yang membutuhkan obat-obatan tertentu. Kelemahan dari self-diagnose adalah Anda tidak benar-benar tahu penanganan yang tepat untuk masalah kesehatan mentalmu. Bisa jadi Anda salah langkah dengan menggunakan produk yang memiliki efek samping negatif.
3. Menyangkal masalah kesehatan mental yang dialami
Biasanya, seseorang akan menyimpulkan hal terburuk saat melakukan self-diagnose. Tetapi, ternyata hal kebalikannya juga berlaku. Tak jarang ada orang yang memilih untuk menyangkal gangguan kesehatan mental yang sedang dialami.
4. Enggan berkonsultasi dengan pakar
Setelah Googling masalah kesehatan mental, Anda jadi merasa tidak perlu lagi untuk berkonsultasi ke psikolog. Sebab, kamu berpikir bahwa Anda bisa tahu gejala yang dialami tanpa bantuan ahli.
Jika terlalu sering dilakukan, self-diagnose bisa memunculkan trust issue kepada psikolog dan psikiater. Hal ini dapat terjadi karena Anda sudah terlalu percaya diagnosis yang didapat dari internet. Anda jadi cenderung mempercayai internet, bukan para ahli.