Ahad 29 Aug 2021 18:53 WIB

PGMI Minta Pemerintah Fasilitasi Madrasah Swasta untuk PTM

Madrasah swasta selama pandemi mengalami nasib yang memprihatinkan.

Rep: Umar Mukhtar/ Red: Ratna Puspita
Ketua Umum DPP Persatuan Guru Madrasah Indonesia (PGMI) Syamsuddin meminta pemerintah untuk memperhatikan madrasah swasta agar bisa menyelenggarakan pembelajaran tatap muka (PTM). (Foto: Ilustrasi Sekolah Tatap Muka)
Foto: republika/mgrol100
Ketua Umum DPP Persatuan Guru Madrasah Indonesia (PGMI) Syamsuddin meminta pemerintah untuk memperhatikan madrasah swasta agar bisa menyelenggarakan pembelajaran tatap muka (PTM). (Foto: Ilustrasi Sekolah Tatap Muka)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ketua Umum DPP Persatuan Guru Madrasah Indonesia (PGMI) Syamsuddin meminta pemerintah untuk memperhatikan madrasah swasta agar bisa menyelenggarakan pembelajaran tatap muka (PTM). Menurutnya, madrasah swasta perlu difasilitasi supaya menggelar PTM.

"Madrasah khususnya yang swasta itu punya kesiapan untuk melakukan PTM dengan catatan ada bimbingan dan bantuan fasilitas pemerintah. Karena ini sangat dibutuhkan," tutur dia kepada Republika.co.id, Ahad (29/8).

Baca Juga

Syamsuddin melanjutkan, madrasah swasta selama pandemi mengalami nasib yang memprihatinkan. Jumlah siswa pada tahun ajaran baru sekarang ini pun menurun dari lima kelas menjadi hanya dua atau tiga kelas.

"Banyak yang setengah bangkrut. Ada uang SPP yang belum dibayar. Guru-gurunya itu kasihan. Karena itu, saya kira pemerintah wajib untuk turun membimbing dan memfasilitasi agar PTM di madrasah swasta ini bisa berjalan dengan maksimal dan sesuai protokol kesehatan," tutur dia.

Dalam kesempatan itu Syamsuddin juga menyambut baik kebijakan mengizinkan madrasah di zona hijau menggelar PTM. Menurut dia, pembelajaran jarak jauh yang diterapkan selama ini memang tidak efektif. Para guru dan siswa, termasuk orang tua, sudah lama jenuh belajar daring.

"Karena tidak efektif belajar jarak jauh itu. Dengan belajar jarak jauh selama ini, banyak yang dikerjakan oleh orang tua terutama yang di tingkat SMP," tuturnya.

Syamsuddin melihat, pembelajaran jarak jauh membuat banyak siswa tidak bisa belajar dengan maksimal meski ada juga siswa yang belajar dengan sungguh-sungguh karena punya fasilitas yang memadai. Di beberapa daerah, Banten misalnya, para guru dan siswa harus mencari lokasi yang jaringannya memadai untuk bisa belajar secara daring.

Ada pula guru yang harus mendatangi daerah di mana beberapa siswa tinggal sehingga bisa belajar bersama dengan kapasitas yang lebih sedikit untuk menerapkan protokol Covid-19. "Maka dengan diberikannya alternatif seperti sekarang ini sebagai uji coba untuk madrasah, tentu banyak yang senang," tutur dia. 

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement