REPUBLIKA.CO.ID, SANAA -- Juru bicara militer Yaman Mohammed al-Naqib mengatakan, serangan rudal dan pesawat tak berawak atau drone terjadi di sebuah pangkalan militer utama di selatan Yaman pada Ahad (29/8). Peristiwa itu menewaskan sedikitnya 30 tentara dan salah satu serangan paling mematikan dalam perang saudara dalam beberapa tahun terakhir.
Al-Naqib mengatakan serangan terhadap Pangkalan Udara Al-Anad di provinsi Lahj melukai sedikitnya 65 orang. Dia menekankan jumlah korban bisa meningkat karena tim penyelamat masih membersihkan lokasi.
Sebuah rudal balistik mendarat di area pelatihan pangkalan, tempat puluhan tentara melakukan latihan pagi. Petugas medis menggambarkan adegan kacau setelah ledakan, dengan tentara membawa rekan-rekan yang terluka ke tempat yang aman karena takut akan serangan lain.
Rekaman grafis dari tempat kejadian menunjukkan beberapa mayat hangus di tanah dengan sirene ambulans meraung di latar belakang. Para pejabat Yaman mengatakan setidaknya tiga ledakan terjadi di pangkalan udara dan belum ada yang mengaku bertanggung jawab atas serangan itu.
Para pejabat menyalahkan Houthi atas serangan di pangkalan yang pernah menjadi fasilitas operasi intelijen Amerika Serikat terhadap afiliasi kuat Alqaida di Yaman Amerika Serikat. Sedangkan juru bicara militer untuk Houthi tidak mengkonfirmasi atau menyangkal serangan itu. Houthi sebelumnya telah meluncurkan serangan serupa, termasuk satu oleh drone bermuatan bom di Al-Anad pada Januari 2019 yang menewaskan enam tentara.
Yaman telah terlibat dalam perang saudara sejak 2014, ketika Houthi menyapu sebagian besar wilayah utara dan merebut ibu kota, Sanaa. Kondisi itu memaksa pemerintah yang diakui secara internasional ke pengasingan. Koalisi yang dipimpin Arab Saudi memasuki perang pada tahun berikutnya di pihak pemerintah.