REPUBLIKA.CO.ID, KABUL -- Taliban berencana membersihkan sistem pendidikan Afghanistan dari apa yang menurut mereka bertentangan dengan Islam. Aktivis dan advokat hak asasi manusia memperingatkan kembalinya kekuasaan otoriter di negara itu.
Pada Ahad (29/8) kemarin, Pelaksana Tugas Menteri Pendidikan Tinggi Afghanistan Abdul Baqi Haqqani mengkritik sistem pendidikan yang didirikan masyarakat internasional. Ia mengklaim sistem pendidikan itu gagal mematuhi nilai-nilai agama.
"Dunia mencoba mencabut agama dari pendidikan ilmiah yang mana merugikan masyarakat," kata Haqqani seperti dikutip Independent.
"Setiap hal yang menentang Islam di sistem pendidikan akan dihapus," katanya.
Pernyataan itu disampaikan setelah ada laporan seorang penyanyi Afghanistan Fawad Andarabi dibunuh di provinsi pegunungan. Laporan itu menjadi kekhawatiran terbaru tentang ancaman pelanggaran hak asasi manusia ketika Taliban hendak membentuk pemerintahan yang baru.
Baca juga : Mualaf Usai Ditahan Taliban, Yvonne Lawan Stereotip
Keluarganya mengatakan Andarabi ditembak mati oleh anggota Taliban di Lembah Andarabi yang terletak di Provinsi Baghlan sekitar 100 kilometer sebelah utara Kabul. Nama lembah itu diambil dari namanya.
"Ia tidak bersalah, penyanyi yang hanya ingin menghibur rakyat, mereka menembak kepalanya di ladang," kata putranya.
Andarabi memainkan alat musik sejenis kecapi yang bernama ghicak. Ia menyanyikan lagu-lagu tradisional mengenai kampung halaman, rakyatnya, dan Afghanistan.
Juru bicara Taliban, Zabihullah Mujahid mengatakan kelompoknya akan menyelidiki insiden tersebut. Tap ia tidak dapat mengungkapkan detailnya.
Menanggapi pembunuhan tersebut, Sekretaris Jenderal Amnesty International Agnes Callamard mengatakan ada segunung bukti Taliban sebelumnya, sama tidak toleran, keras, represifnya dengan Taliban saat ini.
"Dua puluh tahun kemudian tidak mengubah kelompok itu," katanya.