Senin 30 Aug 2021 16:21 WIB

Kasus Covid-19 di Jakarta Turun, Ini Langkah Anies

Salah satunya dengan melakukan pembatasan mobilitas masyarakat.

Rep: Zainur Mahsir Ramadhan/ Red: Agus Yulianto
Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan melihat Warga Negara Asing (WNA) saat disuntik vaksin Covid-19 di Balai Kota DKI Jakarta, Selasa (24/8).
Foto: Republika/Putra M. Akbar
Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan melihat Warga Negara Asing (WNA) saat disuntik vaksin Covid-19 di Balai Kota DKI Jakarta, Selasa (24/8).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan mengatakan, ada beberapa langkah yang dilakukan pihaknya untuk membalikkan angka kasus Covid-19 di Jakarta secara drastis. Itu pun dibuktikan penurunan kasus dengan kurang dari 8.000 kasus aktif sejak pertengahan Juli lalu.

Langkah yang dimaksud Anies adalah pertama dengan melakukan pembatasan mobilitas. "Hanya mereka yang bekerja di sektor kritis dan esensial saja yang boleh keluar rumah dan bekerja di kantor atau di tempat kerjanya," ujar dia dalam Konferensi Berlin Questions radio The Urbanist, dikutip YouTube Pemprov DKI, Senin (30/8).

Kemudian, kata dia, langkah kedua yang dilakukan pihaknya adalah dengan menggencarkan pengujian dan pelacakan serta isolasi dengan agresif. Hal itu, dilakukan di DKI dengan adanya pengujian 20 kali melebihi standar WHO yang hanya berjumlah seribu per sejuta populasi.

"Lalu aspek pelacakan. Segera setelah kami menemukan seseorang yang positif, kami melakukan pelacakan pada individu yang sempat berinteraksi dengan orang yang positif," ucapnya.

Dari sana, kata Anies, pihaknya akan menyiapkan tempat isolasi bagi mereka yang perlu karantina. Terkait hal tersebut, pihaknya juga telah menyiapkan banyak fasilitas karantina.

"Mulai dari makanan, obat-obatan, dan juga pemeriksaan rutin dari tim medis kami," ungkap dia.

Menurut Anies, kondisi pandemi di Jakarta sejak Juli lalu, sedang ada pertumbuhan eksponensial kasus aktif. Hal itu, diakibatkan karena adanya penyebaran varian Delta.

"Karena setiap delapan hari, kasus aktif berlipat ganda dan itu sangat mengkahawatirkan dan kami mencapai puncaknya pada bulan 16 Juli dengan 113.137 kasus aktif," tutur dia.

Namun demikian, sejak saat itu, penurunan kasus terjadi dengan kurang dari 8.000 kasus aktif.

 

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement