REPUBLIKA.CO.ID, KUALA LUMPUR -- Perdana Menteri baru Malaysia Ismail Sabri Yaakob melewatkan upacara pelantikan kabinet barunya pada Senin (30/8). Dia melakukan isolasi mandiri (isoman) usai kontak dengan seseorang yang terinfeksi Covid-19.
Menurut pernyataan kantor perdana menteri, Ismail telah mulai melakukan isolasi mandiri dan secara virtual akan menghadiri perayaan Hari Kebangsaan pada Selasa (31/9). Tidak disebutkan dengan siapa dia melakukan kontak, apakah dia telah melakukan tes, dan berapa lama dia akan tetap dalam karantina.
Ismail menjabat pada 21 Agustus di tengah kemarahan publik atas kegagalan pemerintah sebelumnya untuk mengendalikan pandemi. Kasus harian melonjak di atas 20.000 sejak 5 Agustus, dengan total infeksi melebihi 1,7 juta.
Kematian yang dikonfirmasi di Malaysia akibat Covid-19 telah meningkat di atas 16.000. Vaksinasi bergerak cepat, dengan 62 persen dari populasi orang dewasa divaksinasi penuh.
Perdana menteri sebelumnya, Muhyiddin Yassin, mengundurkan diri pada 16 Agustus setelah kurang dari 18 bulan menjabat. Keputusan itu akibat pertikaian dalam koalisinya sehingga membuatnya kehilangan dukungan mayoritas di Parlemen.
Pria berusia 61 tahun itu adalah wakil Muhyiddin dan pengangkatannya untuk memimpin pemerintahan oleh raja Malaysia pada dasarnya mengembalikan koalisi pemerintahan yang sama ke tampuk kekuasaan. Keputusan itu juga mengembalikan jabatan perdana menteri ke partai Ismail yaitu UMNO. Partai itu yang telah memimpin negara itu sejak kemerdekaan dari Inggris pada 1957 tetapi digulingkan pada pemilihan 2018 di tengah skandal keuangan bernilai miliaran dolar.
Ismail telah dikritik karena sebagian besar mengangkat kembali menteri dari kabinet sebelumnya. Padahal mereka dinilai sebagai sosok yang gagal mengekang pandemi meskipun keadaan darurat tujuh bulan dan penguncian sejak Juni.
Sebanyak 31 menteri dan 38 wakil menteri diambil sumpahnya di Istana pada Senin. Ismail tidak menyebut seorang wakil tetapi mempertahankan empat jabatan menteri senior yang diciptakan oleh Muhyiddin untuk menjaga agar faksi-faksi di pemerintahannya yang mayoritas Melayu tetap senang.