REPUBLIKA.CO.ID, HO CHI MINH -- Lockdown di Vietnam telah menambah kekhawatiran atas pasokan kopi global. Pusat ekspor Ho Chi Minh berada di bawah pembatasan perjalanan yang ketat setelah lonjakan kasus varian Delta dari virus corona.
Vietnam adalah produsen utama robusta, bijih pahit yang digunakan dalam kopi instan dan beberapa campuran espresso. Harga biji robusta grosir telah meningkat sekitar 50 persen sepanjang tahun ini.
Lockdown kota Ho Chi Minh di tenggara berarti eksportir Vietnam sedang berjuang untuk mengangkut barang, termasuk biji kopi, ke pelabuhan untuk pengiriman di seluruh dunia, dilansir di BBC, Senin (30/8).
Pembatasan perjalanan menghadirkan masalah lain bagi eksportir yang menghadapi kekurangan serius kontainer pengiriman dan melonjaknya biaya pengiriman.
Kota dan pelabuhannya adalah bagian penting dari jaringan pelayaran global yang membentang dari China ke Eropa.
Asosiasi Kopi-Cocoa Vietnam dan organisasi perdagangan lainnya telah meminta pemerintah negara itu untuk melonggarkan pembatasan untuk membantu menghindari penundaan lebih lanjut untuk pengiriman dan pembengkakan biaya.
Pekan lalu, menteri transportasi Vietnam menanggapi kekhawatiran tersebut dengan memerintahkan otoritas regional di selatan negara itu untuk mengambil tindakan untuk meringankan beban transportasi barang yang tidak perlu, termasuk kopi.
Masalah yang dihadapi oleh produsen Vietnam hanyalah masalah terbaru yang melanda industri kopi. Brasil, produsen biji kopi arabika premium terbesar di dunia, telah melihat tanamannya terkena dampak kekeringan dan salju.
Embun beku terburuk di Brasil sejak 1994 telah menyebabkan harga biji kopi yang tidak disangrai ke tingkat tertinggi yang terlihat dalam hampir tujuh tahun.
Menurut laporan, kerusakan akibat embun beku sangat parah, sehingga beberapa petani kopi mungkin perlu menanam kembali pohon, yang dapat berarti bahwa mereka membutuhkan waktu hingga tiga tahun untuk melanjutkan produksi.