REPUBLIKA.CO.ID, KABUL -- Taliban mengatakan serangan pesawat nirawak (drone) Amerika Serikat yang mengenai seorang tersangka pengeboman bunuh diri pada Ahad (29/8) di Kabul, menjatuhkan korban jiwa di kalangan sipil.
Taliban juga mengutuk AS karena tidak memberi tahu Taliban sebelum melakukan serangan itu. Juru bicara Taliban, Zabihullah Mujahid, mengatakan kepada televisi negara China CGTN pada Senin bahwa tujuh orang tewas dalam serangan drone tersebut. Mujahid menggambarkan serangan AS di wilayah negara lain itu sebagai tindakan yang melanggar hukum.
"Kalaupun ada kemungkinan ancaman di Afghanistan, harusnya lapor kepada kami, bukan dengan melakukan serangan seenaknya sampai ada warga sipil yang jadi korban," kata Mujahid dalam jawaban tertulis kepada CGTN.
Para pejabat Pentagon, markas besar Departemen Pertahanan AS, mengatakan sang pengebom bunuh diri sudah berencana melakukan serangan dengan mobil ke bandara di Kabul, ketika AS berada pada tahap akhir penarikan pasukan dari Afghanistan.Pengebom tersebut, kata pejabat Pentagon, mewakili ISIS-K, cabang ISIS yang menjadi musuh negara-negara Barat maupun Taliban. Komando Pusat AS mengatakan pihaknya sedang menyelidiki laporan soal adanya korban jiwa dari kalangan sipil dalam serangan drone pada Minggu.
"Kami tahu bahwa ada ledakan susulan yang besar dan kuat dari kendaraan yang hancur itu, menunjukkan ada bahan peledak kuat di dalamnya yang mungkin menyebabkan korban berjatuhan," kata komando tersebut.
Baca juga : China Minta Komunitas Internasional Terlibat dengan Taliban
Mujahid telah menyebutkan kecaman serupa terhadap serangan drone AS di Provinsi Nangarhar di Afghanistan timur pada Sabtu (28/8) yang menewaskan dua anggota militan ISIS. Mujadi mengatakan dua perempuan dan satu anak terluka dalam serangan tersebut.