REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG -- Memasuki tahun kedua Pandemi Covid-19 2021, wajah perekonomian dalam negeri kian membaik, tidak terkecuali Provinsi Jabar. BPS mencatat ekonomi Provinsi Jabar pada triwulan II/2021 secara year on year (yoy) mengalami pertumbuhan 6,13 persen. Angka pertumbuhan ekonomi itu ditopang oleh peningkatan investasi dan ekspor.
Meski laju pertumbuhan ekonomi itu cenderung positif, bukan berarti harus melandaikan kinerja. Belum lama ini, Presiden RI Joko Widodo membuka langsung Rakornas Pengendalian Inflasi tahun 2021 yang diselenggarakan secara virtual.
Gubernur Jabar Ridwan Kamil mengikuti Rakornas tersebut dari Gedung Pakuan, Kota Bandung. Tema yang diangkat dalam Rakornas tersebut, yakni ‘Mendorong Peningkatan Peran UMKM Pangan melalui Optimalisasi Digitalisasi untuk Mendukung Pemulihan Ekonomi dan Stabilitas Harga Pangan’.
Terdapat sejumlah catatan dari Presiden Jokowi yang hendak ditindaklanjuti oleh Emil, panggilan akrab Ridwan Kamil. Jokowi menekankan tiga hal yang harus menjadi perhatian Tim Pengendali Inflasi Pusat (TPIP) dan Daerah (TPID).
Pertama, TPIP dan TPID harus mampu menjaga ketersediaan stok dan stabilitas harga utamanya bahan pokok. Jika ada hambatan, pesan Jokowi, harus segera diselesaikan di lapangan, baik itu kendala produksi maupun distribusi.
Kedua, TPID diminta tidak hanya fokus mengendalikan inflasi, namun juga harus proaktif mendorong sektor ekonomi agar kian produktif. Di antaranya membantu peningkatan produktivitas petani dan nelayan, serta memperkuat sektor UMKM agar bertahan dan naik kelas.
Arahan berikutnya, TPIP dan TPID diminta memanfaatkan momentum pandemi Covid-19 yang kian menurun ini untuk meningkatkan nilai tambah di sektor pertanian. ‘’Kita tahu di tengah pandemi ini, sektor pertanian menjadi unggulan yang bisa tetap bergerak produktif dan melibatkan banyak tenaga kerja,’’tambahnya.
Kata Jokowi, ekonomi Indonesia berada di tengah ketidakpastian Pandemi Covid-19. Presiden menyebut, di kuartal II/2021 ekonomi Indonesia mampu tumbuh 7,07 persen secara yoy, dengan tingkat inflasi yang terkendali di angka 1,52 persen yoy.
Tingkat inflasi itu jauh di atas target 2021 sebesar tiga persen yoy. ‘’Rendahnya inflasi ini bisa saja mengindikasikan turunnya daya beli masyarakat akibat pembatasan aktivitas dan mobilitas,’’ tuturnya.
Di kuartal III/2021 ini, diharapkan Jokowi adanya keseimbangan antara kesehatan dan ekonomi. Penyebaran Covid-19 harus bisa dikendalikan dengan melindungi masyarakat yang rentan. Di saat yang sama, papar dia, daya beli masyarakat juga harus ditingkatkan.
Kontribusi Jabar terlihat dari nilai ekspor secara nasional. Hingga kini, Provinsi Jabar menjadi provinsi pengekspor komoditas terbesar secara nasional. Dalam catatan BPS, ada tiga provinsi yang memberikan sumbangan terbesar terhadap ekspor nasional pada Januari–Juni 2021. Yakni Jawa Barat senilai 16.076,8 juta dolar AS (15,63 persen), Jawa Timur 11.198,6 juta dolar AS (10,89 persen), dan Riau 9.116,2 juta dolar AS (8,86 persen).
Kata Emil, ekspor Jabar semakin membaik karena mitra dagang masih memberikan kepercayaan kepada Provinsi Jabar. Demikian pula dengan investasi di Jabar yang terus meningkat walaupun dalam situasi pandemi Covid-19.