Selasa 31 Aug 2021 14:07 WIB

Qatar Mainkan Peran Kunci di Afghanistan Usai AS Hengkang

Qatar diminta oleh Taliban untuk memberikan bantuan teknis sipil di bandara Kabul

Rep: Fergi Nadira/ Red: Nur Aini
 Dalam gambar yang disediakan oleh Departemen Pertahanan, sebuah CH-47 Chinook dari Brigade Penerbangan Tempur ke-82, Divisi Lintas Udara ke-82 dimuat ke C-17 Globemaster III Angkatan Udara AS di Bandara Internasional Hamid Karzai di Kabul, Afghanistan, Sabtu, 28 Agustus 2021.
Foto: Departemen Pertahanan via AP
Dalam gambar yang disediakan oleh Departemen Pertahanan, sebuah CH-47 Chinook dari Brigade Penerbangan Tempur ke-82, Divisi Lintas Udara ke-82 dimuat ke C-17 Globemaster III Angkatan Udara AS di Bandara Internasional Hamid Karzai di Kabul, Afghanistan, Sabtu, 28 Agustus 2021.

REPUBLIKA.CO.ID, KABUL -- Qatar kini memainkan peran besar dalam upaya mengevakuasi puluhan ribu orang dari Afghanistan setelah penarikan pasukan Amerika Serikat (AS) rampung hari ini, Selasa (31/8). Kini negara kecil Teluk Arab itu diminta untuk membantu ketertiban di Kabul yang sebelumnya ditanggung oleh Washington dan Taliban yang kini tengah berkuasa.

Menteri Luar Negeri (Menlu) AS Antony Blinken menyelenggarakan pertemuan virtual dengan Qatar untuk membahas pendekatan terkoordinasi di hari usai pasukan AS keluar dari negara tersebut. Pertemuan tersebut turut dihadiri Kanada, Prancis, Jerman, Italia, Jepang, Inggris, Turki, Uni Eropa, dan NATO.

Baca Juga

Seperti dilansir laman Middle East Monitor, Selasa (31/8), Qatar juga dilaporkan telah diminta oleh Taliban untuk memberikan bantuan teknis sipil di bandara internasional Kabul setelah penarikan militer AS selesai. Namun, pihak berwenang di Qatar belum mengomentari laporan tersebut.

Sementara itu, badan internasional PBB meminta bantuan dan dukungan Qatar dalam memberikan bantuan ke Afghanistan. Peran Qatar di Afghanistan memang sedikit tak terduga. Negara yang berbagi perbatasan darat dengan Arab Saudi itu menjadi titik transit bagi ribuan orang yang diterbangkan dari Afghanistan selama beberapa bulan.

Setelah pengambilalihan Kabul oleh Taliban secara mengejutkan pada 15 Agustus, AS langsung meminta Qatar membantu mengevakuasi puluhan ribu orang dalam transportasi udara yang kacau. Pada akhirnya, hampir 40 persen dari semua pengungsi dipindahkan melalui Qatar.

Pada Sabtu lalu, AS mengatakan, bahwa 113.500 orang telah dievakuasi dari Afghanistan sejak 14 Agustus. Qatar mengatakan sedikit lebih dari 43 ribu telah transit melalui negara itu.

Peran Qatar dalam evakuasi mencerminkan posisinya sebagai tuan rumah pangkalan militer AS terbesar di Timur Tengah. Namun, keputusannya beberapa tahun belakangan untuk menjadi tuan rumah kepemimpinan politik Taliban di pengasingan, memberinya pengaruh dengan kelompok militan. Qatar juga menjadi tuan rumah pembicaraan damai AS-Taliban.

Asisten Menteri Luar Negeri Qatar Lolwa al-Khater mengakui keuntungan politik yang dicetak oleh Qatar dalam beberapa pekan terakhir meski dia menolak setiap saran bahwa upaya Qatar murni strategis.

"Jika ada yang berasumsi bahwa ini hanya tentang keuntungan politik, percayalah, ada cara untuk melakukan PR yang jauh lebih mudah daripada mempertaruhkan orang-orang kita di sana, jauh lebih mudah daripada kita mengalami malam tanpa tidur secara harfiah selama dua minggu terakhir, jauh lebih mudah daripada menghabiskan waktu kita merawat setiap anak dan setiap wanita hamil," katanya kepada The Associated Press.

AS juga kini memindahkan sementara misi diplomatik untuk Afghanistan ke Qatar. Hal serupa dilakukan Indonesia dalam mengurus soal Afghanistan dalam hal ini KBRI Kabul ke Qatar untuk sementara hingga pemerintahan di Kabul berjalan.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement