Mohammad Nuh Dianugerahi 'Budai Award' Unissula 

Rep: S Bowo Pribadi / Red: Agus Yulianto

Prof Dr Mohammad Nuh DEA, (paling kanan) menerima penghargaan Budaya Akademik Islami (Budai) Award 1443 Hijriyah, yang diserahkan oleh Rektor Unissula, Drs Bedjo Santoso MT PhD didampingi para wakil rector, di kampus Unissula, Kaligawe, Kota Semarang, Selasa (31/8).
Prof Dr Mohammad Nuh DEA, (paling kanan) menerima penghargaan Budaya Akademik Islami (Budai) Award 1443 Hijriyah, yang diserahkan oleh Rektor Unissula, Drs Bedjo Santoso MT PhD didampingi para wakil rector, di kampus Unissula, Kaligawe, Kota Semarang, Selasa (31/8). | Foto: Istimewa

REPUBLIKA.CO.ID, SEMARANG -- Rektor Unissula Drs Bedjo Santoso MT PhD memberikan penghargaan Budaya Akademik Islami (Budai) Award kepada mantan Mendikbud, Prof Dr Mohammad Nuh DEA dalam perayaan tahun baru Hijriyah. Penganugerahan tersebut diterimakan langsung kepada tokoh, yang saat ini juga menjabat sebagai Ketua Dewan Pers tersebut, dalam rapat senat terbuka, yang dilaksanakan di kampus Unissula, Kaligawe, Kota Semarang, Jawa Tengah, Selasa (31/8).

Dalam penganugerahan ini terungkap sejumlah hal yang menjadi dasar pertimbangan Unissula menganugerahkan Budai Award kepada mantan Menteri Komunikasi dan Informatika periode 2007- 2009 tersebut. “Di bidang pendidikan, Mohammad Nuh telah berhasil membawa pendidikan di Indonesia menuju ke arah yang lebih baik,” ungkap Rektor Unissula, Drs Bedjo Santoso MT PhD, saat menyampaikan pidato sambutannya.

Beberapa hal lainnya yang menjadi pertimbangan bagi Unissula menugerahkan Budai Award kali ini, jelas Bedjo Santoso, akademisi yang lahir di Surabaya pada 17 Juni 1959 tersebut juga memiliki rekam jejak ‘bersih’ dan kualitasnya juga tidak perlu diragukan lagi.

Selain menjadi pelopor di bidangnya, Mohammad Nuh juga dinilai memiliki kontribusi yang besar dalam  bidang wakaf maupun dalam bidang komunikasi. “Sebagai cendekiawan muslim, beliau juga memiliki latar belakang akademik yang membanggakan umat,” tegas Rektor Unissula.

Sementara itu, dalam orasi ilmiahnya, MohammaNuh optimis Indonesia akan mampu menjadi salah satu bangsa yang unggul di tahun 2045 nanti. “Saya optimis bangsa kita akan menjadi bangsa unggul di tahun 2045 atau seratus tahun setelah kemerdekaan,” jelasnya.

Mohammad Nuh menjelaskan, ada sejumlah hal yang melatarbelakangi optimisme atas peluang bangsa Indonesia menjadi salah satu bangsa yang unggul, bermartabat dan juga bangsa yang disegani oleh negara lain di dunia.

ntara lain, bangsa Indonesia memiliki dua modal yang besar untuk membawa negara menuju ke arah kemajuan. “Dua modal utama tersebut masing- masing adalah demographic dividend serta digital dividend,” katanya.

Pendidikan sebagai ‘mesin transformasi’ juga menjadi modal utama yang sangat pentingg dan akan mampu menjadi kekuatan riil bagi bangsa Indonesia untuk mewujudkan capaian- capaian kemajuan di masa medatang.

Sedangkan transformasi dari intangible assets (aset- aset tak berwujud) menjadi tangible assets (asset tetap) bakal menjadi ‘real asset’ sekaligus juga menjadi riil power (kekuatan sesungguhnya) bagi bangsa Indonesia ini.

“Inilah yang menjadi alasan mengapa optimisme bahwa bangsa ini akan menjadi bangsa yang unggul pada satu abad usianya,” tandas Mohammad Nuh, yang saat ini juga menjadi Ketua Dewan Pers tersebut. 

 

 

Terkait


PTM di Bawah Bayang-Bayang PPKM

Guru Terbelenggu Administrasi, Pendidikan Indonesia Stagnasi

Sistem Pendidikan Dinilai Belenggu Guru Puluhan Tahun

Membangun SDM Berkualitas demi Cita-Cita Indonesia Emas 2045

Jurnalis Dituntut Bantu Perbaiki Pendidikan di Indonesia

Republika Digital Ecosystem

Kontak Info

Republika Perwakilan DIY, Jawa Tengah & Jawa Timur. Jalan Perahu nomor 4 Kotabaru, Yogyakarta

Phone: +6274566028 (redaksi), +6274544972 (iklan & sirkulasi) , +6274541582 (fax),+628133426333 (layanan pelanggan)

[email protected]

Ikuti

× Image
Light Dark