Selasa 31 Aug 2021 20:50 WIB

Inggris Bantah Buka Gerbang Bandara Kabul Saat Serangan

Inggris disebut membuat gerbang bandara Kabul terbuka lebih lama

Red: Nur Aini
 Dalam gambar ini disediakan oleh Angkatan Darat AS, seorang penerjun payung yang ditugaskan untuk Kompi B, Batalyon 2, Parasut 501, Resimen Infanteri, Tim Tempur Brigade 1, Divisi Lintas Udara ke-82 melakukan pengamanan di Bandara Internasional Hamid Karzai di Kabul, Afghanistan, Sabtu, 28 Agustus , 2021.
Foto: Master Sersan Alexander Burnett/US Army via A
Dalam gambar ini disediakan oleh Angkatan Darat AS, seorang penerjun payung yang ditugaskan untuk Kompi B, Batalyon 2, Parasut 501, Resimen Infanteri, Tim Tempur Brigade 1, Divisi Lintas Udara ke-82 melakukan pengamanan di Bandara Internasional Hamid Karzai di Kabul, Afghanistan, Sabtu, 28 Agustus , 2021.

REPUBLIKA.CO.ID, LONDON -- Inggris berkoordinasi erat dengan Amerika Serikat dan tidak memaksa agar gerbang di bandara Kabul tetap di buka sebelum seorang pengebom bunuh diri menewaskan 13 tentara AS dan sejumlah warga sipil Afghanistan pada 26 Agustus. Pernyataan itu dikeluarkan Menteri Luar Negeri Inggris Dominic Raab, Selasa (31/8).

Pada Senin (30/8), media politik Politico menyebutkan bahwa pasukan Amerika memutuskan untuk membiarkan gerbang Abbey Gate terbuka lebih lama daripada yang mereka inginkan supaya Inggris terus dapat mengevakuasi personel.

Baca Juga

"Kami mengeluarkan staf sipil kami dari pusat pemrosesan melalui Abbey Gate, tetapi tidak benar untuk berpikir bahwa, selain mengamankan staf sipil kami di dalam bandara, kami memaksa agar gerbang dibiarkan terbuka," kata Menteri Luar Negeri Inggris Dominic Raab kepada Sky News, Selasa (31/8).

Dia mengatakan Inggris telah mengambil tindakan mitigasi, termasuk memperingatkan orang-orang untuk tidak datang ke bandara.

"Kami juga memindahkan tim sipil kami yang ada di Hotel Baron ke bandara, karena (berjarak) sepelemparan batu dari tempat serangan teroris terjadi, itu jelas tidak aman, tetapi langkah itu tidak mengharuskan Abbey Gate dibiarkan terbuka," kata Raab kepada BBC News.

Raab membela tanggapannya terhadap Taliban yang mengambil alih Afghanistan, dan menolak laporan bahwa dia gagal melakukan cukup persiapan. Raab, yang sedang berlibur saat Taliban merebut kendali di Afghanistan, tidak menelepon menteri luar negeri Afghanistan atau Pakistan dalam enam bulan sebelum krisis terjadi, menurut laporan Sunday Times.

"Politik adalah permainan kasar. Siapa pun yang meluangkan waktu selama krisis untuk memberikan laporan yang benar-benar tidak akurat dan tidak benar, saya khawatir tidak memiliki kredibilitas dan mungkin terlibat dalam penipuan," ujar dia.

Raab mengatakan Inggris telah mengamankan perjalanan bagi 17.000 orang, termasuk sekitar 5.000 warga negara Inggris sejak April, dan sisanya yang masih berada di Afghanistan berjumlah "beberapa ratus" orang.

sumber : Antara
BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement

Komentar

Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement