Warga Tulungagung Serahkan Kucing Hutan ke BKSDA Kediri
Red: Muhammad Fakhruddin
Warga Tulungagung Serahkan Kucing Hutan ke BKSDA Kediri (ilustrasi). | Foto: Antara/Asep Fathulrahman
REPUBLIKA.CO.ID,TULUNGAGUNG -- Warga di Kabupaten Tulungagung, Jawa Timur, secara tidak sengaja menemukan seekor kucing hutan jawa (Prionailurus bengalensis) lalu menyerahkannya ke Badan Konservasi dan Sumberdaya Alam (BKSDA) Kediri, Selasa (1/9).
"Kucing hutan itu ditemukan saudari Evana Nisaul Ammar di Desa Sumberdadap, Kecamatan Puanglaban," kata Ketua Lembaga Edukasi Cinta Satwa dan Konservasi (CAKRA), Yuga Hermawan di Tulungagung.
Disebutkan, kucing hutan yang diperkirakan berusia enam bulan itu sudah terdeteksi setelah orang tua Evana memergoki satwa liar langka itu tengah memangsa ayam peliharaan warga desa. Warga awalnya curiga karena banyak ternak kelinci mereka yang mati dengan luka gigitan binatang buas.
Serangan kucing hutan atau biasa disebut macan rembah itu informasinya sudah terjadi sejak tiga bulan terakhir. Untuk mengevakuasi kucing hutan tersebut, BKSDA Kediri yang mendapat laporan dari gadis Desa Sumberdadap kelahiran 1995 ini lalu meminta bantuan komunitas pecinta satwa dan konservasi di Tulungagung.
Sejumlah aktivis pecinta satwa dari Lembaga Edukasi Cakra kemudian bergerak untuk membantu evakuasi, dan kemudian menghantarnya ke BKSDA Kediri bersama Evana Nisaul Ammar. "Awalnya kami tidak tahu kalau itu kucing (hutan). Dikiranya itu digigit ular, tikus atau semacam garangan," tutur Evana bercerita.
Warga kemudian berinisiatif menangkap kucing ini. Kucing ini dijebak menggunakan anak ayam yang ditaruh dalam kandang bambu pada Minggu (29/8) pagi, dan baru pada malamnya tertangkap.
Karena tahu kucing ini dilindungi dan mulai terancam punah, Evana selanjutnya menghubungi BKSDA untuk menyerahkan kucing ini. Lalu BKSDA menghubungi CAKRA.
Ketua CAKRA, Yuga Hermawan mengaku dihubungi BKSDA untuk mengevakuasi kucing ini. Rencananya kucing berusia sekitar 4-6 bulan ini akan direhabilitasi sebelum dilepasliarkan.
Menurut Yuga, meski sekilas nampak sama dengan kucing biasa, kucing hutan ini memiliki perbedaan pada bulunya. "Motif totolnya solid, sementara kucing bengal totolnya ada lubang di tengah," terang Yuga.
Setelah diamankan, kucing ini masih menunjukkan sifat alaminya. Saat didekati orang, kucing ini akan bersikap agresif dan mengintimidasi.
Bahkan saat diberikan makan, tangan pemberi makan tak luput dari serangannya. "Untuk menghindari luka, saat memberi pakan harus menggunakan sarung tangan khusus," terang Yuga.
Di wilayah Pucanglaban, habitat kucing ini tersebar mulai dari wilayah perkebunan hingga hutan di pegunungan.