REPUBLIKA.CO.ID, DOHA -- Menteri Luar Negeri Qatar Sheikh Mohammed bin Abdulrahman Al Thani menyebutkan, upaya mengisolasi Taliban dapat menyebabkan ketidakstabilan lebih lanjut di Afghanistan. Dia mendesak seluruh negara membantu mengatasi masalah keamanan dan sosial ekonomi di Afghanistan.
“Jika kita mulai memberikan syarat dan menghentikan keterlibatan ini, kita akan meninggalkan kekosongan, dan pertanyaannya adalah, siapa yang akan mengisi kekosongan ini?” kata Al Thani dilansir Aljazirah, Rabu (1/9).
Sejauh ini tidak ada negara yang mengakui Taliban sebagai Pemerintah Afghanistan setelah mereka merebut Kabul pada 15 Agustus. Banyak negara Barat telah mendesak Taliban membentuk pemerintahan yang inklusif dan menghormati hak asasi manusia. Selain itu, lembaga keuangan dunia menghentikan bantuan keuangan sejak Taliban berkuasa sehingga menyebabkan perekonomian Afghanistan terpuruk.
“Kami percaya tanpa keterlibatan kami, maka tidak dapat mencapai kemajuan nyata di bidang keamanan atau di bidang sosial ekonomi,” kata Al Thani sembari menambahkan bahwa mengakui Taliban sebagai pemerintah bukanlah prioritas.
Al Thani juga memperingatkan ada peningkatan serangan terorisme setelah penarikan AS. Dia menyerukan pemerintahan yang inklusif di Afghanistan.
Baca juga : Masa Depan Afghanistan Dinilai Masih Sulit Diprediksi
“Adalah peran kami untuk selalu mendesak mereka (Taliban) untuk memiliki pemerintahan yang diperluas, yang mencakup semua pihak dan tidak mengecualikan pihak mana pun. Selama pembicaraan kami dengan Taliban, tidak ada tanggapan positif atau negatif,” kata al-Thani mengacu pada pembicaraan antara Qatar dan Taliban belum lama ini.
Pejuang Taliban merayakan kepergian pasukan terakhir AS pada dengan menembakkan peluru ke udara pada Selasa (31/8) dini hari. Mereka mendeklarasikan kemerdekaan Afghanistan dari pendudukan pasukan asing.