Rabu 01 Sep 2021 11:28 WIB

Taliban Jamin Kondisi Afghanistan akan Berangsur Normal

Taliban kini menghadapi tantangan untuk mengatur negara berpenduduk 38 juta orang

Rep: Rizky Jaramaya/ Red: Christiyaningsih
Warga negara Afghanistan dan Pakistan berdiri dalam antrian dan menunggu giliran untuk masuk ke Afghanistan melalui titik penyeberangan perbatasan, di Chaman, Pakistan, Sabtu, 21 Agustus 2021.
Foto: AP/AP
Warga negara Afghanistan dan Pakistan berdiri dalam antrian dan menunggu giliran untuk masuk ke Afghanistan melalui titik penyeberangan perbatasan, di Chaman, Pakistan, Sabtu, 21 Agustus 2021.

REPUBLIKA.CO.ID, KABUL -- Taliban fokus membentuk pemerintahan setelah pasukan Amerika Serikat (AS) secara resmi meninggalkan Afghanistan pada Senin (30/8) malam. Seorang pejabat tinggi Taliban, Hekmatullah Wasiq, mendesak orang-orang untuk kembali bekerja.

Wasiq menekankan kembali tawaran amnesti Taliban kepada semua warga Afghanistan yang telah berperang melawan kelompok militan itu selama 20 tahun terakhir. Wasiq meminta masyarakat untuk bersabar karena situasi Afghanistan akan kembali normal dalam beberapa waktu mendatang.

Baca Juga

“Masyarakat harus bersabar. Pelan-pelan semua akan kembali normal. Ini akan memakan waktu," ujar Wasiq.

Taliban kini menghadapi tantangan untuk mengatur negara berpenduduk 38 juta orang yang sangat bergantung pada bantuan internasional. Krisis ekonomi di Afghanistan memburuk sejak Taliban kembali berkuasa pada pertengahan Agustus. Nilai mata uang lokal anjlok dan sebagian besar cadangan devisa Afghanistan yang disimpan di luar negeri telah dibekukan.

Antrean di bank tampak mengular karena masyarakat ingin menarik semua uang tabungan mereka. Perbankan di Afghanistan memberikan batas maksimal penarikan uang tunai sekitar 200 dolar AS.

Baca juga : Qatar Peringatkan Dunia tidak Mengisolasi Taliban

Pegawai negeri di Afghanistan belum menerima gaji selama beberapa bulan. Seorang petugas polisi lalu lintas yang bertugas di dekat bandara, Abdul Maqsood, mengaku belum menerima gaji selama empat bulan. "Kami terus bekerja tetapi kami tidak dibayar,” kata Maqsood.

Di sisi lain, lebih dari setengah warga Afghanistan bertahan hidup dengan penghasilan kurang dari satu dolar sehari. Bagi warga miskin Afghanistan, perubahan dari satu sistem pemerintahan ke sistem yang lain tidak memengaruhi kehidupan mereka sehari-hari.

Salah satunya adalah Sal Mohammad (25 tahun). Dia mengumpulkan dan menjual besi tua untuk menghidupi istri dan putrinya yang berusia 2 tahun. Apabila penjualan sedang bagus, dia dapat mengantongi pendapatan sekitar lima dolar AS. Menurut Mohammad, kehidupannya tidak berubah sejak Taliban mengambil alih Afghanistan.

“Saya tidak merasa ada yang berubah dalam hidup saya sejak Taliban mengambil alih Kabul. Saya tidak peduli dengan mereka, baik Taliban, pemerintah, maupun AS. Saya menginginkan perdamaian di negara saya, tidak lebih," kata Mohammad.

sumber : AP
Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement