Rabu 01 Sep 2021 12:08 WIB

Pakistan Khawatir Keamanan di Afghanistan

Pakistan khawatir peningkatan serangan militan di perbatasan Afghanistan-Pakistan

Rep: Dwina Agustin/ Red: Christiyaningsih
Pejuang Taliban tiba di luar Bandara Internasional Hamid Karzai setelah penarikan militer AS, di Kabul, Afghanistan, Selasa, 31 Agustus 2021. Taliban menguasai penuh bandara Kabul pada Selasa, setelah pesawat AS terakhir meninggalkan landasan pacunya, menandai akhir dari perang terpanjang Amerika.
Foto: AP/Khwaja Tawfiq Sediqi
Pejuang Taliban tiba di luar Bandara Internasional Hamid Karzai setelah penarikan militer AS, di Kabul, Afghanistan, Selasa, 31 Agustus 2021. Taliban menguasai penuh bandara Kabul pada Selasa, setelah pesawat AS terakhir meninggalkan landasan pacunya, menandai akhir dari perang terpanjang Amerika.

REPUBLIKA.CO.ID, ISLAMABAD -- Ada kekhawatiran yang berkembang di kalangan pejabat Pakistan tentang keamanan di negara tetangga Afghanistan. Taliban mencoba membentuk pemerintahan dan menstabilkan negara itu setelah kepergian pasukan Amerika Serikat (AS) dan kekuatan asing lainnya.

"Dua hingga tiga bulan ke depan sangat penting," kata seorang pejabat senior Pakistan.

Baca Juga

Pejabat itu menambahkan bahwa Islamabad mengkhawatirkan peningkatan serangan militan di sepanjang perbatasan Afghanistan-Pakistan. Kondisi terjadi bersamaan dengan Taliban mencoba mengisi kekosongan yang ditinggalkan oleh runtuhnya pasukan Afghanistan dan administrasi yang didukung Barat.

Islamabad sangat khawatir tentang milisi Taliban di Pakistan yang terpisah dari Afghanistan dan meluncurkan serangan mematikan di wilayahnya. Ribuan orang Pakistan telah tewas dalam kekerasan dalam dua dekade terakhir.

"Kami (masyarakat internasional) harus membantu Taliban dalam mengatur kembali tentara mereka agar mereka dapat menguasai wilayah mereka," ujar sumber itu, merujuk pada ancaman yang ditimbulkan oleh kelompok-kelompok militan saingan yang bangkit kembali termasuk ISIS.

Menggarisbawahi ancaman keamanan di Afghanistan, dalam beberapa hari terakhir muncul bom bunuh diri yang diklaim oleh cabang ISIS di Afghanistan. Serangan itu dilakukan di luar bandara Kabul menewaskan lebih dari 100 orang, termasuk 13 orang pasukan AS.

Setelah itu, kembali terjadi sebuah serangan roket di bandara. Pada akhir pekan lalu, tembakan misil dari seberang perbatasan di Afghanistan menewaskan dua tentara Pakistan.

Menurut pejabat itu, angkatan bersenjata Pakistan memiliki pesawat tak berawak serta pesawat konvensional. Armada ini akan menghindari intervensi langsung di Afghanistan jika memungkinkan.

Pejabat yang memiliki pengetahuan langsung tentang keputusan keamanan negara itu mengatakan Pakistan berencana mengirim pejabat keamanan dan intelijen, bahkan mungkin kepala badan Intelijen Antar-Layanan (ISI) yang kuat, ke Kabul. Pengerahan ini dilakukan untuk membantu Taliban mengatur ulang militer Afghanistan.

Meskipun pengakuan pemerintahan baru Taliban tidak segera dibahas, menurut pejabat tersebut, dunia tidak boleh meninggalkan Afghanistan. "Apakah kita mengakui pemerintah Taliban atau tidak, stabilitas di Afghanistan sangat penting," ujarnya.

Pejabat itu memperingatkan ISIS Khorasan (ISIS-K) secara aktif mencari untuk meluncurkan serangan dan merekrut pejuang baru. Jika dibiarkan tanpa hambatan, hampir pasti kelompok itu akan tumbuh dari jumlah yang relatif kecil saat ini.

sumber : Reuters
BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement