REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Luqman RA adalah salah satu dari sedikit orang yang dikutip perkataannya dalam Alquran. Meskipun bukan seorang nabi, dia adalah orang yang terkenal kebijaksanaannya dan keahliannya dalam bidang sastra.
Dalam Alquran, Allah SWT secara khusus memuji nasihat Luqman kepada putranya dalam sebuah surah. Surah tersebut merangkum kebijaksanaan Luqman yang memerintahkan kita untuk peduli pada keluarga kita dan mengarahkan perhatian kita sepenuhnya untuk membesarkan mereka dengan pada dasarnya mengajari mereka iman, moralitas, dan tujuan hidup.
Beberapa orang mungkin tidak yakin dengan arti sebenarnya dari kebijaksanaan; mereka menggunakan kata-kata yang tidak jelas dan ekspresi muluk-muluk yang mungkin atau mungkin tidak mereka pahami. Namun orang-orang Arab mendefinisikan kebijaksanaan hanya sebagai memiliki pengetahuan yang sesuai dan bertindak berdasarkan itu.
Kebijaksanaan menurut mereka bukan tentang mengumpulkan pengetahuan tetapi juga memahami dan menerapkannya. Kebijaksanaan Luqman memiliki arti praktis ini, difokuskan pada rasa syukur seperti yang terungkap dalam surah Luqman ayat 12. “Kami menganugerahi Luqman dengan kebijaksanaan, 'Bersyukurlah kepada Tuhan: barangsiapa mengucap syukur, bermanfaat bagi jiwanya sendiri, dan adapun orang-orang yang tidak bersyukur. Sesungguhnya Allah Maha Kaya, Maha Terpuji.” (Luqman 31:12)
Adapun nasihat yang diberikan Luqman pada sang putra, mencangkup beberapa pesan. Pertama, tidak menyembah selain Allah SWT. “Anakku, jangan menyekutukan Tuhan: menyekutukan-Nya adalah salah besar.” (Luqman 31:13)
Dia melanjutkan nasihatnya dengan menyarankan untuk senantiasa mengingat Allah SWT dimanapun dan kapanpun, karena Allah SWT Maha Melihat lagi Maha Mengetahui. “Wahai anakku! Sungguh, jika ada (sesuatu perbuatan) seberat biji sawi, dan berada dalam batu atau di langit atau di bumi, niscaya Allah akan memberinya (balasan).” (Luqman 31:16)
Nasihat kedua yang diberikan Luqman adalah tentang hak orang tua. Luqman menekankan pentingnya berbakti kepada orang tua, dan barang siapa yang tidak memahami dan menerapkan konsep ini, maka tidak akan benar-benar memahami indahnya rasa syukur.
"Dan Kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada dua orang ibu-bapaknya, ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah-tambah, dan menyapihnya dalam dua tahun. Bersyukurlah kepada-Ku dan kepada dua orang ibu bapakmu, hanya kepada-Kulah kembalimu.” (Luqman 31:14)
Luqman juga menyarankan bahwa jika pada saat yang sama, ketika ada ketidaksepakatan antara keinginan orang tua Anda dan hak-hak Allah, maka pastikan Allah yang didahulukan. “Dan jika keduanya memaksamu untuk mempersekutukan Aku dengan sesuatu yang engkau tidak mempunyai ilmu tentang itu, maka janganlah engkau menaati keduanya, dan pergaulilah keduanya di dunia dengan baik, dan ikutilah jalan orang yang kembali kepada-Ku. Kemudian hanya kepada-Ku tempat kembalimu, maka akan Aku beritahukan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan.” (Luqman 31:15)
Ketiga, senantiasa menegakkan sholat, menyuruh pada kebaikan dan mencegah kemungkaran, serta senantiasa bersabar dalam menghadapi segala cobaan. “Wahai anakku! Laksanakanlah salat dan suruhlah (manusia) berbuat yang makruf dan cegahlah (mereka) dari yang mungkar dan bersabarlah terhadap apa yang menimpamu, sesungguhnya yang demikian itu termasuk perkara yang penting.” (Luqman 31:17)
Luqman juga mengingatkan putranya untuk tidak sombong, karena Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong. “Dan janganlah kamu memalingkan wajah dari manusia (karena sombong) dan janganlah berjalan di bumi dengan angkuh. Sungguh, Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong dan membanggakan diri.” (Luqman 31:18)
Dia juga mengingatkan putranya untuk tidak secara ‘buta’ mengikuti segala keinginan dan perintah orang tua, terlebih jika mengarah pada perbuatan buruk, maksiat dan menyekutukan Allah SWT. Meskipun berbakti kepada orang tua adalah penting, itu tidak termasuk menerima keinginan mereka untuk menyimpang dari jalan yang benar.
“Dan apabila dikatakan kepada mereka, ”Ikutilah apa yang diturunkan Allah!” Mereka menjawab, ”(Tidak), tetapi kami (hanya) mengikuti kebiasaan yang kami dapati dari nenek moyang kami.” Apakah mereka (akan mengikuti nenek moyang mereka) walaupun sebenarnya setan menyeru mereka ke dalam azab api yang menyala-nyala (neraka)?” (Luqman 31:21)
Ini juga mengingatkan kita bahwa tidak ada anggota keluarga yang dapat memberi manfaat bagi Anda pada Hari Pembalasan, merujuk pada surah Luqman ayat 33.
“Wahai manusia! Bertakwalah kepada Tuhanmu dan takutlah pada hari yang (ketika itu) seorang bapak tidak dapat menolong anaknya, dan seorang anak tidak dapat (pula) menolong bapaknya sedikit pun. Sungguh, janji Allah pasti benar, maka janganlah sekali-kali kamu teperdaya oleh kehidupan dunia, dan jangan sampai kamu teperdaya oleh penipu dalam (menaati) Allah.” (Luqman 31:33).