REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kementerian Pertanian (Kementan) telah mengantisipasi penurunan harga cabai, salah satunya dengan menyerap langsung cabai petani. Direktur Pengolahan dan Pemasaran Hasil Hortikultura Bambang Sugiharto mengatakan sejumlah strategi yang dilakukan Kementan ialah melakukan penyerapan langsung kepada petani di sejumlah daerah.
"Petani yang lapor harga terlalu jatuh, kita beli langsung, seperti kemarin di Temanggung dan Kebumen, Jawa Tengah," ujar Bambang saat Coffee Morning di Direktorat Jenderal Holtikultura, Kementerian Pertanian, Jakarta, Rabu (1/9).
Kementan juga menggandeng kementerian atau lembaga lain untuk ikut menyerap cabai bagi para ASN masing-masing. Sejauh ini, Kementan telah bekerja sama dengan Kejaksaan Agung, BNI, dan Polri dalam membantu serapan cabai petani. Bambang juga mengapresiasi komitmen industri untuk ikut menyerap cabai petani.
"Setiap tahun kita telah alokasi anggraan ke dinas-dinas untuk serap produk pertanian melalui pasar tani, ada 100 unit pasar tani untuk mengatasi gejolak harga di tingkat lokal," ungkap Bambang.
Kementan juga menyediakan armada untuk menjemput cabai petani dengan gratis tanpa biaya kirim. Dengan begitu, ucap Bambang, petani akan mendapatkan harga cabai yang sama seperti harga cabai di Jakarta.
Bambang mengatakan Kementan juga sejak tahun lalu telah membagikan 40 unit //cold storage// atau gudang berpendingin berkapasitas empat ton sampai lima ton untuk beberapa sentra cabai, seperti Magelang, Kediri, hingga Jember.
"Di pusat kita punya gudang berpendingin dengan kapasitas 20 ton yang bisa menyimpan hingga satu atau dua bulan," ucap Bambang.
Kementan, lanjut Bambang, juga berencana menggunakan teknologi ozon yang menggunakan metode pencucian dan sterilisasi dengan menggunakan air berozon. Menurut Bambang, keunggulan teknologi ini dapat mencuci dan mensterilkan produk hortikultura sehingga memiliki masa simpan lebih panjang.
"Dengan teknologi ini, produk holtikultura bisa lebih awet, bahkan lebih dari dua bulan," ungkap Bambang.
Bambang menyampaikan Kementan juga terus meningkatkan kerja sama dengan klaster BUMN pangan dalam penyerapan hasil produksi holtikultura. Kata Bambang, Kementan belum lama ini telah menandatangani kerja sama jangka menengah dan panjang dengan PT Rajawali Nusantara Indonesia (RNI), calon induk holding BUMN pangan.
"Mereka (BUMN pangan) sudah menjalin kesepakatan dengan dengan produsen cabai hingga bawang merah dalam menyerap hasil produksi. Tidak masalah nanti kalau produksi surplus, ini intervensi kita dalam menjaga harga," sambung Bambang.
Selain itu, lanjut Bambang, Kementan juga bakal menggandeng PT Berdikari yang tengah menyiapkan chiller untuk cabai dan bawang merah di Tanjung Priok yang akan rampung dalam dua bulan ke depan.
Selain itu, kata Bambang, Kementan juga terus mengedukasi masyarakat untuk mengubah pola pikir dalam mengkomsumsi cabai segar. Bambang menyebut cabai olahan, baik dalam bentuk bubuk maupun minyak memiliki rasa yang tidak kalah lezat dibandingkan cabai segar.
"Pelan-pelan kita ajari orang Indonesia makan pedas tidak harus pakai cabai segar. Negara-negara Eropa sudah melakukan dan kita juga akan menghasilkan itu. Ini upaya kita dalam mengubah pola konsumsi sehingga cabai tidak terus menjadi gejolak nasional," kata Bambang menambahkan.