REPUBLIKA.CO.ID, KABUL -- Taliban fokus untuk membersihkan dan memperbaiki bandara internasional Kabul setelah pasukan Amerika Serikat (AS) secara resmi meninggalkan Afghanistan pada Senin (30/8) malam. Pada Selasa (31/8) pagi, bandara dipenuhi dengan sisa-sisa barang milik warga Afghanistan yang secara putus asa berharap dapat dievakuasi ke negara lain.
Juru bicara Taliban Zabihullah Mujahid mengatakan tim teknis sedang memperbaiki dan membersihkan bandara. Dia menyarankan orang-orang untuk menghindari daerah itu sementara waktu.
Di dalam terminal bandara terdapat tumpukan pakaian, koper, dan dokumen yang berserakan. Beberapa helikopter CH-46 yang digunakan oleh pasukan Amerika diparkir di hanggar. Militer AS mengatakan mereka telah menonaktifkan 27 Humvee dan 73 pesawat sebelum meninggalkan Afghanistan.
Taliban menjelaskan mereka akan mengizinkan orang-orang yang memiliki dokumen resmi untuk bepergian dengan bebas. Namun masih belum diketahui apakah ada maskapai komersial yang bersedia menawarkan layanan penerbangan. Taliban akan mengadakan pembicaraan dengan Qatar dan Turki untuk melanjutkan operasi bandara.
"Saya harap Anda akan sangat berhati-hati dalam berurusan dengan bangsa ini. Bangsa kita telah menderita perang dan invasi, dan orang-orang tidak lagi memiliki toleransi," kata Mujahid dalam pidatonya kepada para pejuang Taliban yang berkumpul di bandara.
Baca juga :7 Milisi Taliban Tewas dalam Pertempuran di Panjshir
Pejuang Taliban menyaksikan pesawat terakhir AS terbang di atas langit Afghanistan sekitar Senin tengah malam. Para militan Taliban kemudian menembakkan senjata ke udara untuk merayakan kemenangan.
"Lima pesawat terakhir telah pergi, ini sudah berakhir. Saya tidak bisa mengungkapkan kebahagiaan saya dengan kata-kata. Pengorbanan kami selama 20 tahun berhasil," kata Hemad Sherzad, seorang pejuang Taliban yang ditempatkan di bandara internasional Kabul.
Kepergian pasukan terkakhir AS mengakhiri perang 20 tahun di Afghanistan dan Taliban kembali berkuasa. Banyak warga Afghanistan takut dengan pemerintahan Taliban. Mereka khawatir kebebasan dan hak-hak yang telah didapatkan dengan susah payah akan kembali terenggut. Namun Taliban berjanji untuk memulihkan perdamaian dan keamanan.
Komandan Komando Pusat AS, Frank McKenzie, memuji Taliban sangat membantu dalam pengangkutan udara. Akan tetapi mereka akan mengalami kesulitan mengamankan Kabul dalam beberapa hari mendatang karena ancaman ISIS.
Dia mengatakan Taliban telah membebaskan pejuang ISIS dari penjara dan meningkatkan barisan mereka menjadi sekitar 2.000 orang. “Sekarang mereka akan dapat menuai apa yang mereka tabur,” kata McKenzie.
Baca juga : Tiga Daerah di Jabar Tertinggi Kasus Dengue Nasional
Taliban menghadapi tantangan yang jauh lebih berat karena mereka memerintah salah satu negara termiskin. Dalam beberapa hari terakhir, sejumlah serangan oleh ISIS-Khorasan (ISIS-K) yang berafiliasi dengan ISIS menunjukkan tantangan keamanan yang dihadapi Taliban.
Sebelumnya pada Kamis (26/8), serangan bom bunuh diri di gerbang bandara menewaskan sedikitnya 169 warga Afghanistan dan 13 anggota militer AS. Kelompok ISIS-K dikenal lebih radikal dan ekstrem daripada Taliban. Kedua kelompok tersebut telah saling berperang sebelumnya. Taliban mengatakan mereka tidak akan membiarkan Afghanistan digunakan lagi sebagai basis serangan teror.