Rabu 01 Sep 2021 17:14 WIB

Kekuasaan Hizbullah di Lebanon Goyah Akibat Krisis Ekonomi

Kemiskinan di Lebanon semakin dalam dan memicu protes terhadap Hizbullah

Rep: Dwina Agustin/ Red: Nur Aini
Pemimpin kelompok Hizbullah Lebanon, Sayyed Hassan Nasrallah.
Foto: Reuters
Pemimpin kelompok Hizbullah Lebanon, Sayyed Hassan Nasrallah.

REPUBLIKA.CO.ID, BEIRUT -- Warga Lebanon secara lebih terbuka mengkritik Hizbullah yang didukung Iran karena semakin parahnya kemiskinan. Mereka menyalahkan kelompok itu dan kelas penguasa atas berbagai krisis yang menghancurkan negara.

"Hizbullah sedang menghadapi tantangan dalam mempertahankan kontrol atas sistem Lebanon," kata analis Timur Tengah yang berbasis di Washington, Amerika Serikat, Joe Macaron.

Baca Juga

Kondisi krisis Lebanon telah menjerumuskan lebih dari setengah dari 6 juta penduduk negara itu ke dalam kemiskinan. Kemarahan telah menyebar dalam beberapa bulan terakhir, bahkan di kubu Hizbullah, banyak yang memprotes pemadaman listrik dan kekurangan bahan bakar serta jatuhnya mata uang.

Di internal Hizbullah, tidak jarang ada pertentarangan. Mereka mencatat bahwa Hizbullah membayar gaji dengan dolar AS pada saat sebagian besar orang Lebanon dibayar dalam mata uang Lebanon, yang telah kehilangan lebih dari 90 persen nilainya dalam hampir dua tahun.

Protes dan bentrokan pecah di pompa bensin di sekitar Lebanon dan di beberapa kubu Hizbullah. Dalam demonstrasi yang jarang terjadi, kelompok pemrotes juga telah menutup jalan-jalan utama di daerah-daerah selatan Beirut dan di Lebanon selatan.

Dalam pidato baru-baru ini, pemimpin Hizbullah, Sayyied Hassan Nasrallah tampak marah. Dia menyalahkan krisis sebagai pengepungan Barat.

Para kritikus mengatakan bahwa alih-alih mendorong reformasi, Hizbullah telah mendukung sekutu politiknya menolak perubahan. Mereka mengatakan kelompok itu semakin menarik Lebanon ke kubu Iran dengan melakukan penawarannya, padahal negara itu menghadapi sanksi AS sehingga Hizbullah telah membuat segalanya lebih sulit.

Hizbullah pernah dianggap sebagai kekuatan tak tersentuh yang berjuang untuk tujuan mulia karena perang melawan musuh Israel. Namun, kelompok itu sekarang dilihat oleh banyak orang hanya sebagai bagian dari politik korup yang bertanggung jawab atas kehancuran negara.

 

Ujian serius bagi Hizbullah terjadi pada awal Agustus ketika pemakaman anggotanya diserang oleh orang-orang bersenjata dari Sunni di pintu masuk selatan Beirut. Sebanyak tiga pendukung Hizbullah tewas dan 16 lainnya terluka dalam penembakan di kota Khaldeh.

Macaron mengatakan Hizbullah tidak akan sama setelah krisis dan harus beradaptasi untuk memastikan kelangsungan politik dalam jangka panjang. "Apa yang bisa mereka lakukan saat ini adalah membatasi kerugian sebanyak mungkin," katanya. 

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement