Rabu 01 Sep 2021 17:37 WIB

Indonesia Harus Mampu Kembangkan Vaksin Sendiri

Kemampuan Indonesia membuat vaksin dari tingkat hulu hingga ke hilir telah mendesak.

Rep: Rizky Surya/ Red: Hiru Muhammad
Perkembangan uji coba vaksin Covid-19.
Foto: Republika
Perkembangan uji coba vaksin Covid-19.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA--Pakar Biologi Molekuler dan Vaksin , Ines Atmosukarto, punya harapan besar agar Indonesia tak lagi bergantung pasokan luar negeri bila membutuhkan vaksin suatu penyakit misalnya Covid-19. Ia bermimpi supaya Indonesia mampu mengembangkan vaksin buatan dalam negeri.

Ines menekankan urgensi kemampuan Indonesia membuat vaksin dari tingkat hulu hingga ke hilir.  Di khawatirkan Indonesia akan sulit menghadapi tantangan zaman dimana makin banyak patogen berbahaya. 

Menurutnya, Indonesia tak bisa terus bergantung kepada suplai vaksin dari luar negeri. Sebab bila pasokan vaksin terhambat maka Indonesia kewalahan mengatasi suatu pandemi di masa depan.

"Penting persiapkan kapasitas suplai vaksin. Yang jadi perhatian persiapan inovasi hulu-hilir untuk produksi vaksin enggak cuma Covid-19 tapi persiapan hadapi tantangan patogen lain," kata Ines dalam webinar pada Rabu (1/9).

Selain itu, Ines mendesak agar pemerintah, swasta atau dunia pendidikan mengadakan riset soal efek vaksin Covid-19 di Tanah Air. Ia menyebut negara seperti Israel dan Amerika Serikat melakukannya guna mengetahui pengaruh vaksinasi. "Perlu dorong evaluasi manfaat program vaksinasi. Soal penurunan efikasi, perlu evaluasi oleh peneliti Indonesia," ujar Ines.

Di sisi lain, Ines mengingatkan bahwa semua vaksin yang dikembangkan di duna baru bertujuan untuk mencegah penyakit berat akibat Covid-19. Oleh karena itu, vaksin tak bisa mencegah penularan. 

"Ini penting diketahui kalau vaksin tidak cegah penularan maka skenario herd immunity sulit terjadi. Resiko penularan terus ada. Vaksinasi cegah terjadi penyakit berat dan beban ke fasilitas kesehatan," ucap Ines.

Sebelumnya, vaksin Merah Putih yang dikembangkan Universitas Airlangga (Unair) dengan platform inactivated virus atau berbasis virus yang dilemahkan mulai diujicobakan terhadap varian baru Covid-19, termasuk Delta. Sejauh ini, kemampuan netralisasi diklaim masih baik.

 

 

 

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
وَلَقَدْ اَرْسَلْنَا رُسُلًا مِّنْ قَبْلِكَ مِنْهُمْ مَّنْ قَصَصْنَا عَلَيْكَ وَمِنْهُمْ مَّنْ لَّمْ نَقْصُصْ عَلَيْكَ ۗوَمَا كَانَ لِرَسُوْلٍ اَنْ يَّأْتِيَ بِاٰيَةٍ اِلَّا بِاِذْنِ اللّٰهِ ۚفَاِذَا جَاۤءَ اَمْرُ اللّٰهِ قُضِيَ بِالْحَقِّ وَخَسِرَ هُنَالِكَ الْمُبْطِلُوْنَ ࣖ
Dan sungguh, Kami telah mengutus beberapa rasul sebelum engkau (Muhammad), di antara mereka ada yang Kami ceritakan kepadamu dan di antaranya ada (pula) yang tidak Kami ceritakan kepadamu. Tidak ada seorang rasul membawa suatu mukjizat, kecuali seizin Allah. Maka apabila telah datang perintah Allah, (untuk semua perkara) diputuskan dengan adil. Dan ketika itu rugilah orang-orang yang berpegang kepada yang batil.

(QS. Gafir ayat 78)

Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement