REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Ketua Dewan Pakar PAN Dradjad Wibowo mengatakan, selama ini lembaga survei selalu meleset dalam memprediksi perolehan suara PAN. Sekalipun survei itu dilakukan lembaga-lembaga yang besar.
“Dalam pembukaan Rakernas PAN kemarin saya memaparkan data empiris bahwa lembaga-lembaga survei sering salah dalam memprediksi perolehan suara PAN,” kata Dradjad, Rabu (1/9).
Hasil survei mereka terhadap PAN di setiap menjelang Pemilu 2009, 2014 dan 2019, kata Dradjad, selalu jauh lebih rendah dari suara sah PAN dalam Pemilu. Tidak tanggung-tanggung, hasil survei mereka minimal dua kali lipat melesetnya.
"Saya mohon maaf kepada kawan-kawan saya di lembaga survey karena harus membuka kegagalan survei mereka, khususnya terkait PAN,” kata Dradjad.
Tapi sebagai peneliti, lanjutnya, seharus legowo mengakui jika risetnya salah. "Menjelang tiga pemilu terakhir, survei anda tentang PAN terbukti salah. Titik,” tegas Dradjad.
Baca juga : Komnas HAM Tunggu Korban Pelecehan di KPI Melapor Lagi
Dradjad menunjuk hasil survei yang dilakukan Indikator Burhanudin Muhtadi, pada Pemilu 2019. Dalam survei itu disebutkan PAN tidak akan lolos ke parlemen karena hasil survei mereka suaranya pada Maret 2019 hanya 2,2 persen. Pada kenyataannya PAN memperoleh suara 6,84 persen.
Survei Charta Politika pada April 2019 juga menyebut hasil suara PAN di survei mereka hanya 2,8 persen. Sementara survei LSI Denny JA pada 5 April 2019 juga menyebut PAN hanya akan mendapat 3,1 persen.
Dradjad menyebut kesalahan hasil survei lembaga-lembaga tersebut, antara lain, mereka merendahkan posisi PAN sebagai “partai tengah”. Tidak terlalu ke kiri, tidak terlalu ke kanan. Tidak terlalu ke depan, tidak terlalu ke belakang.