REPUBLIKA.CO.ID, MALANG -- Sejumlah mahasiswa Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) menciptakan alat medical wristband. Alat ini bertujuan untuk menanggulangi penyakit saraf terimpit.
Perwakilan tim, Arif Kusuma Firdaus mengatakan, carpal tunnel syndrome (CTS) merupakan penyakit yang terjadi akibat terimpitnya saraf di pergelangan tangan. Sindrom ini umumnya ditemui pada orang-orang yang sering menggunakan tangan secara berulang dalam bekerja.
"Dan dalam rangka mencegah CTS di kalangan pekerja, kami menciptakan alat medical wristband untuk menanggulanginya," ucapnya.
Menurut Arif, CTS umumnya menyerang pegawai kantoran, pemetik daun teh, pelinting rokok, dan juga gamer professional. Hal ini disebabkan penggunaan tangan yang berulang dan dalam jangka waktu yang lama. Hal ini terutama saat bekerja yang memakan waktu panjang.
Untuk para pekerja, penyakit CTS cukup mengganggu produktivitas. Jika telah terkena sindrom ini, pergelangan tangan akan terasa sakit. Apalagi jika tangan dipakai bergerak agak berat atau secara terus-menerus.
Mahasiswa kedokteran UMM ini mengungkapkan, medical wristband yang dirancang timnya ini berbentuk sarung tangan. Pada bagian tengah alat ditanamkan sensor untuk mendeteksi gerakan di pergelangan tangan khususnya gerakan ke arah ibu jari atau istilah medisnya radial deviasi.
"Informasi yang diperoleh dari sensor akan dikirim ke microcontroller arduino untuk diproses," jelasnya dalam siaran pers yang diterima Republika, Rabu (1/9).
Dari informasi tersebut, bisa ditentukan apakah jumlah gerakan tangan yang dilakukan akan beresiko menjadi CTS atau tidak. Jika beresiko, alat ini akan bergetar sebagai peringatan kepada si pemakai.
Perbedaan disiplin ilmu antara tim dan topik yang dibahas menjadi kendala terbesar ketika proses pembuatan alat. Anak ketiga dari empat bersaudara ini mengatakan jika seluruh kelompoknya berasal dari bidang kedokteran sementara proses pembuatan alatnya lebih condong ke bidang elektronika. Oleh karena itu, tim ini bekerja sama dengan Lembaga Semi Otonom (LSO) Robotika UMM untuk proses pembuatan alat.
Untuk bahan dalam pembuatan sensor, tim menggunakan fibroin dan laponite. Kedua bahan tersebut memiliki kelebihan yaitu ramah lingkungan. "Sehingga lebih mudah untuk di daur ulang atau diuraikan kembali,” jelas Arif.
Medical wristband ini diikutsertakan pada Program Kreativitas Mahasiswa Karsa Cipta (PKM-KC) dan berhasil memperoleh pendanaan dari Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi (Ditjen Dikti). Pada PKM ini, Arif tidak sendiri. Ia ditemani oleh tiga mahasiswa FK lainnya yaitu, Aurizan Adli, Agam Siswanto Hardoyo, dan Waldiyansyah Rizkyfi Makky.
Arif dan tim berencana melakukan pengembangan dan perbaikan lagi pada desain dan cara kerja alatnya. Dia berharap alat ini dapat disesuaikan dengan kebutuhan pasar ke depannya. Dengan demikian, alat ini dapat disebarkan dan bermanfaat bagi orang banyak.