Kamis 02 Sep 2021 07:17 WIB

Kasus Covid Turun, Epidemiolog Ungkap Titik Rawan Penularan

Mobilitas di permukiman harus diwaspadai karena sulit mengontrol 5M.

Rep: Wahyu Suryana/ Red: Dwi Murdaningsih
Klaster keluarga Covid-19
Foto: Republika
Klaster keluarga Covid-19

REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA -- Indikator penularan Covid-19 di Indonesia sudah level tiga. Saat ini, kasus positif terus turun dan jumlah testing terus naik.

Epidemiolog UGM, Bayu Satria Wiratama berharap, nanti tidak terjadi lagi kenaikan signifikan ketika vaksinasi sudah merata. Apalagi, vaksinasi sudah terbukti menurunkan keparahan Covid-19.

Baca Juga

Jika kasus naik diharapkan angka kematian tidak naik. Kini, ketika PPKM mulai dilonggarkan akan terjadi peningkatan mobilitas, tidak cuma di permukiman.

Namun, dia mengingatkan mobilitas di permukiman perlu disikapi hati-hato karena paling susah dikontrol penerapan 5M. Penelitian juga sudah menunjukkan ketika berkunjung ke tempat orang lain, saudara atau teman dekat itu memiliki resiko sangat tinggi.

"Karena, orang cenderung merasa aman dan buka masker ketika bertemu orang yang sudah dikenal. Hal itu menyebabkan penularan sangat mungkin terjadi," ujar Bayu, dalam Covid Talk yang digelar MCCC PP Muhammadiyah, Rabu (1/9).

Baca juga : Stok Vaksin di Dinkes DIY Lebih dari 658 Ribu Vial

Wakil Ketua MCCC PP Muhammadiyah Bidang Kesehatan Masyarakat, Ahmad Muttaqin Alim menuturkan, lonjakan kasus Covid-19 sangat terasa saat varian delta masuk karena keparahan pasien berbeda. 

Pertama, pasien anak-anak meningkat karena sebelumnya mereka jarang dapat pasien anak. Kedua, pada gelombang tinggi varian delta di Indonesia, ibu hamil banyak terkena dengan kondisi berat. Terutama, usia kehamilan 27-33 pekan.

Ketiga, mudah memburuknya pasien-pasien usia-usia lanjut, lebih cepat dari sebelumnya. Soal efektivitas vaksin, pengalaman Alim merawat dua pasien yang sudah divaksin memiliki fatalitas lebih rendah.

"Tapi apapun hasil dari vaksin yang alhamdulillah menunjukkan perlindungannya baik, tetap lebih baik tidak tertular, mencegah lebih baik daripada mengobati," ujar Alim.

Muhammadiyah memiliki potensi besar melakukan percepatan vaksinasi karena memiliki 112 RS Muhammadiyah Aisyiyah dan 176 Perguruan Tinggi Muhammadiyah. Lalu, struktur Muhammadiyah terdiri dari pusat sampai dengan tingkat ranting.

Untuk itu, Muhammadiyah mendapat kuota vaksinasi dua juta lebih. Sudah 76 RS dan klinik Muhammadiyah melaksanakan vaksinasi dengan total penerima vaksin sebanyak 116.026 jiwa dan yang mengikuti vaksinasi massal Muhammadiyah 43.823 orang.

Baca juga : Covid Turun, Pemkot Semarang Mulai Tutup Tempat Isoter

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement