REPUBLIKA.CO.ID, MOSKOW -- Rusia telah menolak keputusan Amerika Serikat (AS) membekukan aset Bank Sentral Afghanistan, setelah Taliban kembali berkuasa. Hal itu diungkapkan Utusan Moskow untuk Afghanistan Zamir Kabulov.
"Jika rekan-rekan Barat kami benar-benar khawatir tentang nasib rakyat Afghanistan, maka kami tidak boleh membuat masalah tambahan bagi mereka dengan membekukan emas dan cadangan devisa," kata Kabulov, dilansir Middle East Monitor, Kamis (2/9).
Menurut jaringan Rossiya 24 yang dikelola negara, Kabulov mengatakan, AS harus segera mencairkan aset Afghanistan. Apabila aset Afghanistan tidak dicairkan maka Taliban akan melakukan perdagangan opium ilegal, serta menjual senjata yang ditinggalkan oleh tentara Afghanistan dan AS di pasar gelap.
Penjabat Kepala Da Afghan Bank, Ajmal Ahmady, mengatakan, pengiriman dolar akan berhenti ketika AS mencoba memblokir upaya Taliban untuk mendapatkan akses ke dana di bank. Business Standard melaporkan, bank tersebut memiliki aset senilai 9,5 miliar dolar AS, yang sebagian besar ada di rekening Federal Reserve New York dan lembaga keuangan lain yang berbasis di AS. Ahmady menambahkan, sekitar 7 miliar dolar AS lainnya disimpan sebagai campuran uang tunai, emas, obligasi, dan investasi lainnya.
Krisis ekonomi di Afghanistan memburuk sejak Taliban kembali berkuasa pada pertengahan Agustus. Nilai mata uang lokal anjlok, dan sebagian besar cadangan devisa Afghanistan yang disimpan di luar negeri telah dibekukan.
Antrean di bank tampak mengular karena masyarakat ingin menarik semua uang tabungan mereka. Perbankan di Afghanistan memberikan batas maksimal penarikan uang tunai sekitar 200 dolar AS.
Baca juga : Imam Kenakan Celana Pendek Saat Adzan Tuai Perdebatan