REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Dirut PAM Jaya Priyatno B Hernowo mengatakan, cakupan layanan perpipaan air bersih PAM Jaya di DKI Jakarta adalah 64 persen. Sementara, jumlah pelanggan tercatat hingga Juli lalu adalah 907 ribu.
"Air di Jakarta hingga kini yang mengalir adalah 20.725 liter per detik," ujar dia dalam diskusi daring yang diadakan Balkoters, Rabu (1/9).
Untuk memenuhi capaian 100 persen pelayanan pada semua warga, kata dia, masih kurang 11.150 ribu liter per detik. Oleh sebab itu, PAM Jaya memproyeksikan layanan pada semua warga paling lambat hingga 2030.
Dia melanjutkan, untuk menutupi kekurangan 11.150 ribu air bersih itu, PAM Jaya melakukan beberapa langkah. Pertama, menurunkan kehilangan air pada saat distribusi dari 44 persen di 2020, menjadi 26 persen pada 2030.
"Berdasarkan pemetaan, cakupan di Jakarta bagian barat dan utara masih merah dalam pelayanan air dan belum ada alternatif upaya. Ini tidak bisa menggunakan cara yang biasa-biasa saja," ungkap Hernowo.
Di Kepulauan Seribu, Hernowo menyebut masih belum ada sumber air permukaan yang memadai. Meski ada beberapa pulau yang melakukan penggalian air dari tanah, tapi risikonya tidak sebanding.
"Karena itu untuk memenuhinya, pada 2019 dibangun air baku dari laut dan diolah untuk distribusi ke Kepulauan Seribu. Sudah ada sembilan pulau yang dilayani dengan ini," ungkap Hernowo.
Sembilan dari 11 pulau berpenghuni itu, mulai dialiri air dengan sistem pipa Sea Water Reverse Osmosis (SWRO). Dengan sistem itu, PAM Jaya mengaku berhasil mencakup 77 persen pelanggan di sana, meski membutuhkan biaya mahal untuk teknologi itu.
"Ini lah potret PAM Jaya melakukan pelayanan air ke warga Jakarta," ujar Hernowo.