REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Seluruh umat Islam harus meyakini kalimat La Ilaha Illallah tanpa adanya keraguan. Di dalam kalimat tauhid ini juga terdapat rahasia yang telah diungkapkan para ulama terdahulu. Salah satu ulama yang menjelaskan rahasia kaimat tauhid ini adalah Syaikul Islam Fakhruddin ar-Razi, seorang ulama besar zaman keemasan Islam 1148 M-1209 M.
Dalam kitabnya yang berjudul Ajaib al-Qur’an, Fakhruddin ar-Razi mengutip ayat suci Alqur’an. Allah Swt berfirman,
فَاعْلَمْ اَنَّهٗ لَآ اِلٰهَ اِلَّا اللّٰهُ وَاسْتَغْفِرْ لِذَنْۢبِكَ وَلِلْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنٰتِۚ
“Maka ketahuilah, bahwa sesungguhnya tidak ada tuhan (yang patut disembah) selain Allah dan mohonlah ampunan atas dosamu dan atas (dosa) orang-orang mukmin, laki-laki dan perempuan.” (QS. Muhammad [47]: 19).
Menurut ar-Razi, dalam ayat tersebut Allah Swt mendahulukan perintah tauhid serta mengetahui dan meyakini keesaan-Nya, daripada perintah istighfar atau memohon ampunan kepada-Nya. Karena, menurut dia, pengetahuan tauhid merupakan bagian dari pembahasan pokok (‘ilm al-Ushul), sedangkan istighfar merupakan cabangnya (‘ilm al-Furu’).
“Sesuatu yang bersifat pokok sudah semestinya didahulukan atas sesuatu yang bersifat cabang,” kata ar-Razi dikutip dari buku “Keajaiban Al-Qur’an & Rahasia Kalimat Tauhid” terbitan Wali Pustaka, 2019.
Selain itu, menurut ar-Razi, tidak mungkin seseorang menaati Tuhan dan beribadah kepada-Nya jika dia belum mengetahui dan meyakini keberadaan-Nya. Pentingnya pengatahuan tauhid ini menunjukkan bahwa ilmu lebih didahulukan daripada amal.
Hal ini juga telah dijelaskan dalam Alqur’an.Diantaranya di dalam ayat yang menjelaskan doa Nabi Ibrahim Ass. Di dalamnya, Nabi Ibrahim memohon agar diberi pengetahuan terlebih dahulu. Setelah itu, baru ia memohon agar dimasukkan ke dalam golongan orang-orang taat atau saleh. Allah Swt berfirman,
رَبِّ هَبْ لِيْ حُكْمًا وَّاَلْحِقْنِيْ بِالصّٰلِحِيْنَ ۙ
“(Ibrahim berdoa), “Ya Tuhanku, berikanlah kepadaku ilmu (pengetahuan) dan masukkanlah aku ke dalam golongan orang-orang yang saleh.” (QS. Asy-Syura’ [26]:83).