REPUBLIKA.CO.ID, KUPANG -- Kepala Stasiun Klimatologi Kelas II Kupang Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Rahmattulloh Adji mengimbau warga Nusa Tenggara Timur mewaspadai dampak cuaca ekstrem yang terjadi di masa pancaroba atau peralihan dari kemarau ke musim hujan.
"Perlu diwaspadai dampak cuaca ekstrem seperti hujan lebat, hujan es, atau hujan disertai kilat dan petir atau angin puting beliung yang biasa terjadi di masa-masa awal peralihan musim atau pancaroba," kata Rahmattulloh dalam rilis prakiraan musim hujan 2021/2022 di NTT yang digelar secara virtual, Kamis (2/9).
Ia menjelaskan dari total 23 zona musim (zom) di NTT, sebanyak 4,3 persen zom mengalami awal musim hujan pada Oktober 2021. Selain itu, 65,3 persen zom mengalami musim hujan pada November dan 30,4 persen zom pada Desember.
"Jadi masa memasuki musim hujan di wilayah NTT tidak sama semuanya seperti pada tahun-tahun sebelumnya," katanya.
Rahmattulloh menjelaskan secara umum sifat hujan pada musim hujan 2021/2022 di NTT diperkirakan normal. Namun, perlu diwaspadai cuaca ekstrem yang tiap tahun terjadi pada masa peralihan ke musim hujan.
Pada masa pancaroba, sering terjadi cuaca ekstrem berupa hujan lebat disertai petir dan angin kencang dengan berbagai potensi dampak bencana yang ditimbulkan. Untuk itu, ia mengimbau pemerintah daerah dan masyarakat di NTT melakukan upaya mitigasi lebih awal guna mengantisipasi dan mengurangi risiko bencana pada masa peralihan musim maupun di saat puncak musim hujan.
"Perlu diwaspadai juga terkait dengan kondisi kerentanan iklim terkait dengan kondisi cuaca yang tidak stabil," katanya.