Kamis 02 Sep 2021 19:34 WIB

BPBD Padang Telusuri Hulu Sungai Pelajari Potensi Banjir

Saat terjadi banjir di Padang biasanya dalam waktu dua jam air segera surut.

Sejumlah staf dan pengajar diangkut menggunakan gerobak motor menuju pesantren karena jalan masih terendam banjir, di Aia Pacah, Padang, Sumatera Barat, Kamis (19/8/2021). Akibat hujan pada Rabu (18/8/2021) membuat pemukiman dan jalan di kota itu terendam banjir hingga Kamis, masih tergenang.
Foto: Antara/Iggoy el Fitra
Sejumlah staf dan pengajar diangkut menggunakan gerobak motor menuju pesantren karena jalan masih terendam banjir, di Aia Pacah, Padang, Sumatera Barat, Kamis (19/8/2021). Akibat hujan pada Rabu (18/8/2021) membuat pemukiman dan jalan di kota itu terendam banjir hingga Kamis, masih tergenang.

REPUBLIKA.CO.ID, PADANG -- Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kota Padang melakukan penelusuran sejumlah hulu sungai di Kota Padang sebagai upaya pengecekan kondisi terkini guna mencegah terjadinya banjir memasuki musim hujan 2021.

"Kami menurunkan satu regu dan melakukan penelusuran sejumlah hulu sungai mulai dari bendungan Sikayan, hulu sungai di Balai Gadang dan Sungai Lareh," kata Kepala Pelaksana BPBD Kota Padang Barlius.

Menurut dia kegiatan telusur sungai tersebut dilakukan beberapa hari untuk mengindentifikasi potensi banjir dan melihat langsung kondisi hulu sungai termasuk kemungkinan adanya pembalakan liar.

"Karena belajar dari kejadian banjir di Padang pada 18 Agustus 2021 saat itu air berwarna coklat dan membawa lumpur sebagai indikasi terjadi pengikisan sehingga kami perlu menyelidiki lebih lanjut ke hulu," kata dia.

Ia menyampaikan sejak Januari hingga Juli 2021 berdasarkan data yang dihimpun tidak ada banjir yang mengganggu aktivitas masyarakat, jika pun ada hanya bersifat genangan.

"Namun pada 18 Agustus 2021 sebanyak 28 lokasi digenangi banjir dan yang paling parah ada di 16 lokasi yang sebagian besar berada di Kecamatan Koto Tangah," kata dia.

Untuk titik yang rawan itu, ia mengatakan, pihaknya sudah dilakukan pemetaan dan antisipasi banjir. Akan tetapi pada kejadian banjir terakhir itu, tidak banyak sampah yang terbawa ke laut selepas banjir yang artinya kesadaran masyarakat untuk tidak membuang sampah ke sungai mulai baik, kata dia.

Ia melihat warga sudah mulai teredukasi untuk tidak membuang sampah ke sungai karena saat hujan lebat juga menjadi salah satu penyebab banjir. Pada sisi lain ia mengemukakan saat terjadi banjir di Padang biasanya dalam waktu dua jam air segera surut dan amat jarang yang terjadi genangan berhari-hari karena drainase juga sudah baik seiring dengan perbaikan yang dilakukan Dinas PU.

Ia mengatakan, tidak hanya ancaman banjir akibat meluapnya air sungai, Kota Padang juga masuk salah satu dari 21 ibu kota provinsi di Indonesia yang rawan banjir rob berdasarkan kajian pusat. Selain itu juga terjadi penurunan permukaan tanah karena adanya pengambilan air tanah besar-besaran menggunakan air tanah.

Sementara Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika memperkirakan musim hujan di Sumatera Barat pada tahun ini datang lebih awal. Menurut Kepala Stasiun Iklim BMKG Padang Pariaman Heron Tarigan pada September curah hujan di Sumbar masuk kategori menengah, Oktober menengah hingga tinggi dan pada November merupakan puncak dengan curah hujan tinggi.

sumber : Antara
BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement