REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Ulama Asia Tenggara dan Australia mengimbau masyarakat dunia untuk mengedepankan sikap tabayun dalam menerima informasi terkait penindasan Muslim Internasional dan vaksinasi Covid-19. Hal ini disampaikan dalam dialog bertema “Bijak Menyerap Informasi
Melalui Konsep Tabayun” yang digelar pada Selasa (31/8). Dialog ini diikuti para ulama dari berbagai negara di Asia Tenggara dan Australia, seperti S. Hussain dari Malaysia, Abdul Rahman Linzaq dari Filipina, Wael Ibrahim dari Australia, dan
Muhammad Azrin dari Singapura. Sedangkan dari Indonesia sendiri diwakili Ustaz Marzuki MN, Amin Ramzy dari Intitut Islam Darul Huffaz, dan Ali Imran dari Baitul Qur’an.
Para ulama tersebut menyatakan bahwa krisis informasi yang keliru telah menciptakan situasi umat Islam semakin tertindas dan menjadi korban. Bahkan, umat Islam dianggap sebagai penindas lewat penggambaran media, medis sosial, dan budaya populer.
Karena itu, para ulama Asia Tenggara dan Australia memiliki keprihatinan yang mendalam terkait kekerasan dan pelanggaran hak asasi manusia terhadap Muslim di daerah yang dilanda konflik, seperti Palestina, Kashmir, pengungsi Suriah, serta pengungsi Rohingya dan Uighur di Xianjiang.
Meskipun telah banyak dilaporkan tentang berbagai penderitaan para pengungsi Rohingya dan Uighur misalnya, para ulama tersebut percaya bahwa masih ada banyak pekerjaan yang perlu dilakukan dengan konsep tabayun. Dengan konsep tabayun, penting bagi masyarakat untuk lebih menverifikasi keaslian sebuah berita dan informasi tentang isu tersebut.
“Oleh karena itu, kami menyerukan kepada semua pemerintah untuk menahan diri dan memungkinkan pelaporan informasi yang transparan dan adil dalam semangat tabayun,” ujar Ustadz Marzuki MN dalam keterangan tertulis yang diterima Republika.co.id, Kamis (2/9).