REPUBLIKA.CO.ID, ZURICH -- Pengadilan Arbitrase Olahraga (CAS) mengurangi hukuman seumur hidup mantan Presiden Federasi Sepakbola Brasil (CBF), Marco Polo del Nero menjadi 20 tahun, dilansir dari AP, Kamis (2/9). Sebelumnya ia dijatuhi larangan terlibat dalam aktivitas sepak bola seumur hidup oleh Federasi Sepakbola Dunia (FIFA) terkait kasus suap.
Meski menjalani hukuman, Del Nero dilaporkan masih memiliki pengaruh dalam keputusan yang diambil CBF. Del Nero menjadi bagian dari Komite Eksekutif FIFA ketika melarikan diri dari Swiss, Mei 2015 menyusul terjadinya penangkapan terhadap pejabat sepakbola di hotel-hotel mewah di Zurich. Penangkapan tersebut atas perintah penyelidik dari Amerika.
Enam bulan kemudian, ia didakwa terlibat kasus suap lalu mengundurkan diri dari jabatannya di FIFA dan sejak saat itu tingal di Brasil. Jaksa Amerika menuduh Del Nero menerima suap jutaan dolar AS dari kesepakatan komersial terkait Copa America, Copa Libertadores, dan Piala Brasil.
Hakim etik FIFA memutuskan dia bersalah pada 2018 atas tuduhan suap dan korupsi. Ia terbukti menerima hadiah. Marco Polo juga didenda 1 juta franc Swiss. Ia satu di antara beberapa pejabat sepak bola Brasil yang didakwa dalam kasus tersebut dan dijatuhi hukuman oleh FIFA.
Jose Maria Marin dijatuhi hukuman oleh Pengadilan Federal Brooklyn pada Desember 2017 selama empat tahun karena kasus pemufakatan jahat terkait keuangan. Saksi Jose Hawilla yang juga pejabat olahraga bagian pemasaran di Brasil menyebut Del Nero dan Marin masuk daftar orang yang harus disuap agar mendapatkan kontrak dalam hak siar media.
Marin bebas pada April 2022 atas alasan belas kasihan. Menantu Joao Havelange, Ricardo Teixeira yang menjadi pejabat FIFA pada 1990-an juga menghindari ekstradisi dari Brasil sejak didakwa pada 2015. Ia menentang larangan seumur hidup beraktivitas di sepak bola oleh FIFA.
Teixeira mengundurkan diri dari Komite Eksekutif FIFA pada 2012 akibat kasus skandal suap Piala Dunia yang juga mencopot Havelange sebagai presiden kehormatan.