Jumat 03 Sep 2021 15:02 WIB

Turki Desak Upaya Bersama Atasi Migran dari Afghanistan

Turki menolak tawaran bantuan dana Uni Eropa dengan imbalan menampung pengungsi.

 Anak-anak Afghanistan bermain dengan mainan di kamp pengungsi Palang Merah Italia, di Avezzano, Italia, Selasa, 31 Agustus 2021. Kamp karantina di Abruzzo, Italia tengah ini, tempat 1.250 migran ditampung, diperkirakan akan ditutup dalam seminggu karena karantina berakhir dan mereka dipindahkan ke struktur lain untuk mengajukan suaka.
Foto: AP/Andrew Medichini
Anak-anak Afghanistan bermain dengan mainan di kamp pengungsi Palang Merah Italia, di Avezzano, Italia, Selasa, 31 Agustus 2021. Kamp karantina di Abruzzo, Italia tengah ini, tempat 1.250 migran ditampung, diperkirakan akan ditutup dalam seminggu karena karantina berakhir dan mereka dipindahkan ke struktur lain untuk mengajukan suaka.

REPUBLIKA.CO.ID, ANKARA  -- Komunitas internasional harus mengambil tindakan bersama untuk menghadapi kemungkinan arus migrasi dari Afghanistan di saat Taliban baru-baru ini mengambil alih kekuasaan. Demikian Menteri Luar Negeri Turki Mevlut Cavusoglu pada Kamis.

Cavusoglu mengungkapkan hal ini dalam konferensi pers dengan sejawatnya dari Belanda Sigrid Kaag di ibu kota Turki, Ankara.

Baca Juga

Menanggapi pertanyaan tentang apakah kesepakatan migrasi baru dengan Uni Eropa (UE) akan mencakup warga Afghanistan, menlu Turki mengatakan bahwa pihaknya tak akan menerima kesepakatan migrasi dengan blok itu yang hanya terbatas pada bantuan dana dengan imbalan Turki menampung pengungsi.

Sumber, https://www.aa.com.tr/id/dunia/turki-desak-upaya-bersama-atasi-arus-migran-dari-afghanistan/2354144.

Cavusoglu menekankan Turki tidak membedakan antara migran gelap yang didorong kembali dari Yunani sebagai bagian dari kesepakatan migrasi 2016 antara blok tersebut dan Ankara. Dia menggarisbawahi bahwa migran yang dipaksa kembali ke Turki juga termasuk warga Afghanistan.

"Kerja sama dengan pemahaman 'kami membayar, jadi simpan orang Afghanistan di negara Anda' tidak dapat diterima. Kami mengatakan dari awal bahwa kami tidak akan menerima tawaran seperti itu," tutur dia.

Cavusoglu menambahkan bahwa pengungsi Afghanistan harus dapat kembali ke negara mereka secara sukarela dan dengan cara yang bermartabat setelah keamanan dan stabilitas dibangun di sana.

Menyoroti kesepakatan migrasi yang diperbarui harus mencakup masalah pengembalian yang aman bagi pengungsi Afghanistan dan Suriah ke negara masing-masing, Menlu Turki menyebut masalah ini terus memburuk, dan menciptakan masalah.

Dia menekankan setelah Taliban mengambil alih ibu kota Afghanistan Kabul awal bulan ini, Turki membantu berbagai negara dalam upaya mengevakuasi warga mereka dari negara yang dilanda perang itu.

Cavusoglu menambahkan bahwa Turki telah lebih dari memenuhi tanggung jawab moral dan kemanusiaannya. Mengutip kesepakatan migrasi 2016, Cavusoglu mengatakan Turki juga telah melakukan bagiannya berdasarkan perjanjian ini, tetapi Uni Eropa gagal memenuhi tanggung jawabnya.

Menurut Cavusoglu, Uni Eropa tidak menanggapi permintaan Turki untuk memperbarui kesepakatan, dan malah menjanjikan dana segar sebesar 3 miliar Euro (3,6 miliar dolar AS) untuk mendukung pengungsi di Turki.

Turki - yang telah menampung 5 juta pengungsi, lebih banyak dari negara mana pun di dunia - mengambil langkah-langkah keamanan baru di perbatasannya untuk mencegah masuknya migran baru.

sumber : Anadolu
BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement