REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Dari Abu Said dan Abu Hurairah RA, Rasulullah bersabda, “Tidak ada keletihan, penyakit, kecemasan, kesedihan, sakit hati, dan kesusahan yang menimpa seorang Muslim, bahkan jika itu adalah tusukan duri yang dia terima, tetapi bahwa Allah menghapus sebagian dari dosa-dosanya untuk itu.” (Al-Bukhari dan Muslim)
Berdasarkan firman Allah SWT dalam surah Al-Baqarah ayat 155 hingga 157, manusia akan dihadapkan dengan beberapa cobaan dan tantangan untuk menguji kesabaran dan ketabahan mereka. Bentuk-bentuk ujian ini banyak dan beragam, ada yang diuji dengan kemiskinan, ada pula yang diuji dengan penyakit, ada pula yang diuji dengan kehilangan orang-orang yang mereka cintai, atau lain sebagainya.
“Dan Kami pasti akan menguji kamu dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa, dan buah-buahan. Dan sampaikanlah kabar gembira kepada orang-orang yang sabar, (yaitu) orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka berkata "Innā lillāhi wa innā ilaihi rāji'ūn" 1 (sesungguhnya kami milik Allah dan kepada-Nyalah kami kembali). Mereka itulah yang memperoleh ampunan dan rahmat dari Tuhannya, dan mereka itulah orang-orang yang mendapat petunjuk.” (Al-Baqarah 2:155-157)
Dalam ayat lain, Allah SWT berfirman, “Yang menciptakan mati dan hidup, untuk menguji kamu, siapa di antara kamu yang lebih baik amalnya. Dan Dia Mahaperkasa, Maha Pengampun.” (Al-Mulk 67:2)
Sejatinya ujian atau cobaan yang diberikan kepada manusia dengan beragam bentuk itu tidak dapat dihindari, bukan hanya untuk menguji kesabaran tapi juga menentukan tingkatan keimanan. Rasulullah memberikan sejumlah solusi yang dapat diterapkan saat diterpa cobaan.
Pertama, mencoba melihat sisi positif dari masalah tersebut. Untuk menyeimbangkan efek negatif yang ditimbulkan oleh penderitaan, Islam menjelaskan bahwa masalah dan kesulitan berfungsi sebagai sarana untuk menghapus dosa dan mengangkat derajat orang beriman di akhirat. Pendekatan optimis dan positif ini melindungi seseorang dari jatuh ke dalam keputusasaan dan kesedihan.
Abu Yahya Suhaib bin Sinan r.a. berkata: Rasulullah SAW bersabda, “Betapa indahnya kasus seorang mukmin; ada kebaikan baginya dalam segala hal dan ini hanya berlaku bagi seorang mukmin. Jika kemakmuran menyertainya, dia mengucapkan terima kasih kepada Allah dan itu baik untuknya; dan jika musibah menimpanya, ia bersabar dan itu baik baginya” (HR Muslim).
Abu Hurairah RA berkata, Rasulullah SAW bersabda, "Barang siapa yang Allah kehendaki baik, Dia membuat dia menderita beberapa penderitaan" (Al-Bukhari).
Dalam riwayatnya, Abu Hurairah RA mengatakan, Rasulullah SAW bersabda, “Seorang Muslim, laki-laki atau perempuan, terus berada dalam cobaan dalam hal kehidupan, harta benda, dan keturunannya sampai dia menghadap Allah Ta'ala, tanpa catatan dosa" (At-Tirmidzi).
Hadits-hadits di atas tidak boleh disalahartikan sebagai seruan kepada fatalisme dan kekalahan. Pesan yang disampaikan hadis adalah bahwa setiap Muslim harus menghadapi kesulitan dan bersiap untuk menghadapinya, kata Muhammad Fathi, mantan Imam dan guru di Quran Institute of America.
“Oleh karena itu, orang sebisa mungkin dapat menghadapi kesulitan dengan hati yang berani, mempercayai kebijaksanaan Allah dan percaya pada rahmat-Nya, dan menyadari bahwa tes ini bermanfaat. Bukan dengan berkubang dalam kesulitan atau kesedihan seorang diri,” sambungnya.
Abu Hurairah RA berkata, Rasulullah SAW bersabda, “Orang mukmin yang kuat lebih baik dan lebih dicintai Allah daripada orang yang lemah, dan keduanya adalah baik.
Ikuti apa yang bermanfaat bagi Anda. Teruslah meminta pertolongan kepada Allah dan jangan menahan diri darinya. (Jika kamu ditimpa musibah), janganlah kamu mengatakan: 'Seandainya aku mengambil langkah ini atau itu, maka akibatnya akan begini dan begitu,' tetapi katakan saja: 'Allah telah menentukan dan melakukan apa yang Dia kehendaki.' kata 'jika' membuka gerbang setan (pikiran)” (Muslim).
Hadits ini sejalan dengan peringatan Nabi kepada sepupunya Ibn `Abbas RA bahwa di balik kesabaran akan ada kemenangan, dan di balik kesulitan ada kemudahan. Allah SWT berfirman, “Dan musibah apapun yang menimpa kamu adalah karena perbuatan tanganmu sendiri, dan Allah memaafkan banyak (dari kesalahan-kesalahanmu).” (Asy-Syura 42:30)
Dalam komentarnya tentang ayat di atas, Imam Al-Qurtubi melaporkan bahwa `Ali bin Abi Thalib RA berkata, “Ayat ini adalah yang paling menginspirasi harapan dalam Quran; jika dosa-dosaku akan diampuni melalui penderitaan dan bencana, dan di atas itu, Allah akan mengampuni banyak dosa lainnya, lalu apa yang tersisa setelah pengampunan dan pengampunan itu?”
“Saya menyimpulkan dengan hadits otentik yang indah di mana Nabi (damai dan berkah besertanya) memberi tahu kita bahwa orang-orang yang menghadapi cobaan terberat (bla') adalah para nabi, kemudian yang di sebelah mereka (dalam iman dan pengabdian), dan kemudian berikutnya. Setiap orang akan dicobai menurut tingkat keimanannya; yang kuat imannya akan mendapat cobaan yang berat dan yang lemah imannya akan mendapat cobaan yang lemah. Dan kesengsaraan itu akan meliputi seseorang sampai ia terbebas dari dosa sama sekali,” pungkas Fathi, yang dikutip di About Islam, Jumat (3/9).
Sumber:
https://aboutislam.net/spirituality/allah-not-look-appearance/