REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA--Direktur Jenderal Asia Pasifik dan Afrika Kementerian Luar Negeri Republik Indonesia Abdul Kadir Jailani mengatakan masalah utama dengan Taliban adalah kepercayaan. Ia menegaskan Indonesia mengharapkan Taliban memenuhi semua komitmennya.
"Ada defisit kepercayaan karena sejarah, suatu kenyataan yang tidak bisa dihindari, oleh karenanya kami meminta mereka untuk melaksanakan komitmen mereka, kami mengharapkan Taliban memenuhi semua komitmennya," kata Abdul, Jumat (3/9).
Hal ini ia sampaikan dalam webinar The Phenomenon of Taliban and the Future of Peace and Reconciliation on Afghanistan yang diadakan Centre for Dialogue and Cooperation Among Civilizations (CDCC) untuk menanggapi pertanyaan bagaimana cara menghilangkan citra buruk Taliban. Sejauh ini, kata Abdul, Taliban telah memberi sinyal yang positif pada masyarakat internasional."Meski banyak hal yang belum jelas," katanya.
Saat ini kata Abdul, Taliban sedang melakukan negosiasi dengan berbagai faksi di Afghanistan. Namun masih banyak hal yang belum selesai. Seperti Taliban ingin memasukan Mazhab Hanafi ke dalam konstitusi. Karena itu Indonesia masih menunggu dan melihat komitmen Taliban.
Dekan FISIP Universitas Islam Negeri Jakarta Profesor Ali Munhanif mengatakan konsep Emirat dari Taliban mengenai pemerintahan di Afghanistan. Selain itu juga seberapa luas kelompok tersebut bersedia berbagi kekuasaan.
"Ada kecenderungan kelompok dominan menjadikan mazhab masuk dalam satu pasal konstitusi, dimana arah pembangunan bangsa sangat bergantung pada otoritas mazhab itu, seberapa jauh ulama mau berbagi kekuasaan," kata Ali.