REPUBLIKA.CO.ID, Oleh: Ridwan Saidi, Budawayan dan Sejarawan Betawi.
Ahmad Ngisa dan Ahmad Rifangi, kedua tokoh Pekalongan itu adalah ahli tarekat. Pada tahun 1859, hati mereka terluka saksikan derita petani Jawa. Tanah dirampas, panen dikorting, pajak melilit. Maka pemberontakan menjadi solusi.
Api menyulut ke Tambun, Bekasi pada tahun 1869. Rama Ratu Jaya pimpin penjagalan terhadap batang leher Asisten Residen di sana.
Setelah Perang Jawa berakhir berakhir (1830) api perlawanan tarekat kembali membara. Api yang disulut kaum tarekat ini membakar kembali Jawa bahkan sampai ke ranah Minang dengan pimpinan Datuk Batuah pada tahun 1926. Batuah dikomuniskan oleh Belanda, walau ia lulusan Sumatera Thawalib. Ini membuat Buya Hamka naik pitam. Istilah 'pitam' bukan sejenis angkot yang bisa dinaiki, tapi ungkapan.
Jakarta dan sekitarnya tak mau kalah. Haji Entong Condet pada tahun 1916 potong empat orang leher kaki tangan Belanda. Kaiin bapa Kayah Tanggerang marah melihat petani tak bisa potong padi, Kaiin ajak rakyat potong leher kaki tangan Belanda pada tahun 1924. Sebelumnya pada 1905 pecah pemberontakan Ciomas. Di sana ada 41 leher kaki tangan Belanda digodot. Godot adalah istilah gergaji.
Dan ini ada syair lagunya:
Gergaji gergodot
Hiji-hiji urang godot
Wah Islam ngamuk, ini gara-gara tarekat, pikir Belanda. Tarekat dilarang. Tarekat Betawi marah, Guru Cit buka perguruan tarekat parsis di belakang Istana Negara, tepatnya di Gang Kelingkit. Belanda bingung. Dan tambah bingung ketika pada seperempat akhir XIX M makin banyak hujjaj (para haji) yang mukim di Makkah. Belanda sebut Kontingen Jawa di Makkah. Pemimpin mereka Syeh Junaid al Batawi. Beliaukelahiran Jembatan Lima 1840-an. Junaid sepupu Guru Mansur ahli falaq.
Pada 1870-an Junaid mukim di Makkah. Ia bergelar Syaikhul Masyaikh. Ia dianggap ulama senior Kontingen Jawa di Makkah. Merujuk Hurgronye, ia satu-satunya ulama non Hejaz yang jadi imam masjid Haraam dan diberi fasilitas mengajar di serambi mesjid Haraam. Yang lebih muda dari beliau Achmad Chatib al Minangkabawi dan Nawawi Banten.
Hurgronye masuk Islam dan ke Mekah 1904 mau ketemu Syekh Junaid. Snouck kaget, Junaid menolak bertemu Snouck. Itu Betawi, khusus anak-anak Betawi biar paham.
Pada awal abad XX Masehi, Jembatan Lima tempat kumpul jago-jago ilmu dari negri Betawi. Antara lainm Cing Sairin asal Cawang yang dalangi pemberontakan Ciomas 1905 (lihat: tulisan Sartono Kartodirjo). Sairin juga dalangi pemberontakan Condet Entong Gendut dan Tanah Tinggi, Tangerang Kaiin bapa Kayah.
Sairin tak pernah ketangkap. Waktu kecil saya diajak Mak ke makamnya di Kampung Krendang, depan Roxy.
Mak dan keluarga besar Sawah Besar tak pernah cerita tentang Pitung seperti yang sekarang didongengkan yang katanya populasi Pitung mencapai 700 jiwa. Katanya lagi nama asli Pitung ya'ni PiTuan Tulung akronim dari Pipi Tuan Betul-betul Ungu.
Kapan majunye kalau begini masih terus? Kita kayak cicak makan kapur...!