Sabtu 04 Sep 2021 14:06 WIB

Suara Sunyi Orkestra Perempuan Afghanistan di Bawah Taliban 

Taliban memberlakukan tekanan terhadap aktivitas perempuan

Taliban memberlakukan tekanan terhadap aktivitas perempuan. Ilustrasi wanita Afghanistan
Foto: EPA-EFE/GHULAMULLAH HABIBI
Taliban memberlakukan tekanan terhadap aktivitas perempuan. Ilustrasi wanita Afghanistan

REPUBLIKA.CO.ID, LONDON— Negin Khpalwak sedang duduk di rumahnya di Kabul ketika dia mendengar kabar bahwa Taliban telah tiba di pinggiran ibu kota Afghanistan itu.

Konduktor musik berusia 24 tahun yang pernah menjadi ikon orkestra perempuan Afghanistan itu langsung panik.

Baca Juga

Kali terakhir kelompok militan itu berkuasa, musik dilarang dan perempuan tidak dibolehkan bekerja. 

Dalam bulan-bulan terakhir pemberontakan mereka, Taliban melakukan serangan pada orang-orang yang dianggap telah mengkhianati pandangan hukum Islam mereka.

Sambil berlari-lari di kamarnya, Khpalwak meraih jubah dan menyembunyikan seperangkat drum kecil yang menjadi dekorasi.

Dia lalu mengumpulkan foto dan kliping koran tentang penampilan musiknya yang terkenal, menumpuknya, dan membakarnya. 

"Saya merasa sangat buruk, rasanya semua kenangan hidup berubah jadi debu," kata Khpalwak, yang kabur ke Amerika Serikat bersama puluhan ribu orang lain yang meninggalkan Afghanistan setelah Taliban merebut kembali negara itu.

Kisah kelompok orkestra setelah kemenangan Taliban, yang dikumpulkan oleh Reuters melalui wawancara dengan anggota sekolah musik Khpalwak, merangkum perasaan terguncang generasi muda Afghanistan, terutama kaum perempuan.

Orkestra tersebut bernama Zohra, diambil dari nama dewi musik Persia. Mereka terdiri dari sejumlah gadis berusia 13-20 tahun dari sebuah panti asuhan di Kabul.

Dibentuk pada 2014, orkestra tersebut menjadi simbol kebebasan yang dinikmati masyarakat Afghanistan selama 20 tahun sejak Taliban digulingkan dari kekuasaan.

Mengenakan hijab merah cerah serta memainkan perpaduan musik tradisional Afghanistan dan musik klasik Barat dengan instrumen lokal seperti rebab, orkestra itu pernah menghibur penonton di Gedung Opera Sydney dan Forum Ekonomi Dunia di Davos.

Saat ini, pasukan bersenjata Taliban menjaga Institut Musik Nasional Afghanistan (ANIM) di mana orkestra itu berlatih. 

Di sejumlah tempat lain, Taliban melarang stasiun-stasiun radio memutar musik. "Kami tak pernah menduga Afghanistan akan kembali ke zaman batu," kata pendiri ANIM Ahmad Sarmast. 

 

sumber : Reuters/Antara
BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement