REPUBLIKA.CO.ID, NEW YORK -- Sebuah penelitian terbaru menunjukkan bahwa penyintas Covid-19 yang mengalami gejala berkepanjangan (long hauler) berisiko terkena penyakit ginjal. Kesimpulan itu didapat tim peneliti dari Washington University School of Medicine di St. Louis, Amerika Serikat (AS).
Long hauler adalah istilah yang diungkapkan untuk menggambarkan orang yang telah sembuh dari Covid-19, namun masih mengeluhkan adanya gejala-gejala yang seolah-olah merupakan bagian dari infeksi SARS-CoV-2. Para peneliti tersebut menunjukkan penurunan signifikan dalam fungsi ginjal pada pengidap long Covid, bahkan di antara mereka yang memiliki gejala ringan dari Covid-19.
Penelitian itu menunjukkan bahwa penderita Covid-19 memiliki kemungkinan lebih besar untuk mengalami kerusakan ginjal serta penyakit ginjal stadium akhir dan kronis. Studi ini dipublikasikan secara daring di Journal of American Society of Nephrology.
Dikenal sebagai silent killer, disfungsi dan penyakit ginjal cenderung bebas dari rasa sakit dan gejala lainnya. National Kidney Foundation memperkirakan 90 persen penderita gagal ginjal tidak menyadari kondisinya.
Asisten profesor kedokteran di Washington University, Ziyad Al-Aly, mengatakan, temuan mereka itu menekankan pentingnya memerhatikan fungsi ginjal dan penyakit ginjal dalam merawat pasien yang positif Covid-19.
"Jika perawatan ginjal bukan merupakan bagian integral dari strategi perawatan pasca Covid-19 akut, maka kita akan kehilangan peluang untuk membantu ratusan ribu orang yang berpotensi tidak tahu bahwa fungsi ginjal mereka telah menurun karena virus ini," kata Al-Aly, dilansir Times Now News, Sabtu (4/9).